Selasa, 22 Desember 2009

SELERA, MAJOR vs INDIE

Baru-baru ini seorang teman kontributor musik mengeluhkan seorang fanatik musik yang merendahkan selera musik kami para kontributor yang cenderung pada aliran musik yang mainstream macam Lady Gaga, Taylor Swift, dkk.

Kemudian satu dua minggu yang lalu juga saat kami mempublikasikan daftar album terbaik international yang beredar di Indonesia versi kami dari creativedisc.com, dan serta merta mendapatkan komentar yang merendahkan. Katanya maaf albumnya bisa didapatkan secara pasaran dan beredar luas bajakannya di Indonesia, lebih bagus listnya Rolling Stones.

So what gitu lho? Langsung aja gw jawab selera kami independen tidak terpengaruh oleh Rolling Stones sekalipun.

Yaiyalah hari gini, era internet, keterbukaan, demokratisasi, ada major ada indie. Jadi ya memang sekarang eranya seperti itu. Percuma saja membandingkan keduanya karena memang soal musik adalah penafsiran dan selera. Tidak ada absolut untuk soal seni. Semua tergantung individu. Kalau dulu mungkin majalah2 musik mapan macam Rolling Stones bisa dengan mudah mendikte pendengar musik, sekarang blogger2 musik pun menjadi referensi. Major dan indie berjalan bersama di jalurnya masing-masing. Kadang sependapat, kadang berbeda pendapat.

Kadang yang artis independen sering merendahkan yang artis mainstream karena dianggap tidak bermutu secara musikal. Tapi menurut gw sendiri, tidak mudah untuk menciptakan sebuah lagu, mengemasnya menjadi sebuah hit yang bisa meledak, laris manis dan melejitkan artis musisinya sendiri. Jadi sebenarnya dimensi untuk mengukur musik itu tidak hanya dilihat hanya bagus secara kualitas, ada poin lain yang bisa digali dari sebuah karya musik. Tapi tentu saja alangkah bagusnya jika bagus secara kualitas juga bagus secara komersial. Nah untuk terjadi keseimbangan seperti itu memang tidaklah mudah.

Selasa, 03 November 2009

CHITCHATING WITH JESSICA MAUBOY

photo courtesy fo Leonardus Surya
questioner list by Ai Hasibuan


Sabtu pagi 31 Oktober ini, saya berkesempatan untuk melakukan wawancara terbatas dengan Jessica Mauboy. Gadis kelahiran Darwin 20 tahun yang lalu ini muncul dengan setelan blazer hitam berpayet di bagian bahu dengan tank top serta jeans hitam. Tak disangka Jessica ternyata seorang gadis yang sederhana, ramah, hangat, murah senyum, dan tawa. Dalam tanya jawab selama 15 menit itu saya dan teman-teman wartawan mendengar berbagai cerita tentang dirinya. Dari soal kegemarannya berbelanja terutama sepatu, hingga soal kejadian-kejadian lucu saat ia harus tampil. Seperti ketika hak sepatunya menyangkut di lantai panggung yang membuatnya harus bertelanjang kaki selama sisa waktu pertunjukkan. Atau saat gaun yang dikenakannya robek sepuluh menit sebelum ia tampil. Jessica mampu membuat kejadian-kejadian tak menyenangkan itu menjadi lucu. Jessica juga bercerita pengaruh keluarganya yang membuatnya tetap membumi hingga soal pengaruh nilai-nilai positif yang diperolehnya dari garis ayah berasal dari Indonesia. Dikisahkannya pula soal kekagumannya terhadap Mariah Carey dan lagu-lagunya. Berikut ini petikan wawancara saya dengan Jessica Mauboy.

Jessica, Anda memenangkan beberapa penghargaan tahun ini di Australia seperti Best Aussie dalam MTV Australia Awards, Favourite Singer dalam Cosmopolitan Fun, Fearless, Female, Women of the Year Awards, Female Artist of the Year from The Deadlys . Apa arti penghargaan-penghargaan itu buat kamu?
Aku rasa penghargaan itu benar-benar membuat diriku makin percaya diri untuk menjadi diri sendiri. Banyak orang termasuk diriku berpikir menjadi seorang penghibur adalah sebuah pekerjaan yang glamour. Tapi sebenarnya menjadi penghibur adalah pekerjaan biasa dengan kerja keras setiap hari. Dengan penghargaan itu aku menjadi lebih menghargai pekerjaanku sebagai seniman, penulis lagu dan penghibur.

Banyak artis musisi Australia yang memutuskan untuk mengembangkan karirnya dengan hijrah ke Inggris atau Amerika. Apa Anda ingin juga melakukan hal yang sama suatu saat nanti?
Ehm sebenarnya agak sulit juga ya, karena bisa saja keputusan itu membuahkan sukses atau kegagalan. Keputusan itu harus membuahkan hasil yang sepadan dengan pengorbanannya. Buat aku pribadi semua ini adalah perjalanan yang tidak mudah, proses untuk memperkenalkan musikku ke dunia, karena ada begitu banyak bakat luar biasa di dalam bisnis ini. Aku merasa aku harus mendengarkan kata hatiku untuk tetap menekuni dan lebih memantapkan jalur musikku lebih dulu. Seandainya memang musikku diterima di Inggris atau Amerika, seperti harapanku, aku mungkin akan pindah ke sana untuk bekerja sama dengan musisi dan artis lainnya. Aku akan berusaha keras untuk meperkenalkan musikku lebih dulu sampai itu semua terjadi.

Apa Anda pernah terpikir tentang menulis lagu untuk penyanyi lain?
Aku selalu bermimpi menulis sebuah lagu yang indah dan berharap suatu waktu Mariah Carey menyanyikan lagu ciptaanku itu. Aku mengidolakan Mariah Carey dan mencintai musiknya. Tahu lagu Dreamlover? Aku cinta dengan lagu itu. Aku menirukan Mariah Carey membawakan lagu itu dengan berlari-lari keliling rumah. Aku ingin menciptakan sebuah lagu yang melodius, karena aku cukup memiliki kemampuan untuk bermain piano. Aku ingin sebuah lagu yang dibawakan dalam sebuah orkestra dimana Mariah akan menyanyikan lagu itu. Seandainya mimpi itu terjadi tentu akan menjadi pengalaman yang luar biasa buatku.

Begitulah wawancara saya dengan Jessica Mauboy.

Rabu, 28 Oktober 2009

MEETING WITH JESSICA MAUBOY

Hari Sabtu ini berkat Sound Up dan panitia Java Soulnation akhirnya mendpat berita kalau gw bisa mewawancara Jessica Mauboy hehehehehe dan gw bekerjasama dengan Ai Hasibuan yang menyusun question list nya ..... first interview with international artist..... yippeee next destination trinity diva hehehehehe

Selasa, 20 Oktober 2009

KILLER SONG

Thanks to Jeunk Riri jadi tahu lagu ini, aransemen musiknya sih a lil bit beyonce's halo-esque. Dari album terbaru Rihanna, Rated R, yang rilis akhir November besok. But over all lagunya enak banget huhuhu dan sedih pula. Jadi pas sama waktu baca postingan mellow salah seorang blogger. Kalau dikombinasikan sama lady gaga punya lirik bad romance, beh yang lagi mellow bisa garuk2 aspal meski beatnya lady gaga sih tetep ya beat2 happy. Ya bisa jadi anthem buat yg lagi mellow deh.

I want your loving
And i want your revenge
You and me put on a bad romance
I want your loving
All your love is revenge
You and me put on a bad romance


Russian Roullete

Take a breath, take it deep
Calm yourself, he says to me
If you play, you play for keeps
Take a gun, and count to three
I’m sweating now, moving slow
No time to think, my turn to go

[Chorus ]
And you can see my heart beating
You can see it through my chest
And I’m terrified but I’m not leaving
Know that I must must pass this test
So just pull the trigger

Say a prayer to yourself
He says close your eyes
Sometimes it helps
And then I get a scary thought
That he’s here means he’s never lost

(Chorus)

As my life flashes before my eyes
I’m wondering will I ever see another sunrise?
So many won’t get the chance to say goodbye
But it’s too late too pick up the value of my life

(Chorus)

Russian Roulette - Rihanna

Duh lagunya Rihanna yang terbaru addictive banget deh..... mellow mellow menusuk hati
Killer song!

Take a breath, take it deep
Calm yourself, he says to me
If you play, you play for keeps
Take a gun, and count to three
I’m sweating now, moving slow
No time to think, my turn to go

[Chorus -- JustJared.com]
And you can see my heart beating
You can see it through my chest
And I’m terrified but I’m not leaving
Know that I must must pass this test
So just pull the trigger

Say a prayer to yourself
He says close your eyes
Sometimes it helps
And then I get a scary thought
That he’s here means he’s never lost

(Chorus)

As my life flashes before my eyes
I’m wondering will I ever see another sunrise?
So many won’t get the chance to say goodbye
But it’s too late too pick up the value of my life

(Chorus)

courtesy of JustJared.com

Minggu, 18 Oktober 2009

MARIAH CAREY - I WANT TO KNOW WHAT LOVE IS

Jarang2 nih gw review single. Single Mariah Carey ini memang beda dengan single-singlenya yang belakangan ini lebih banyak ke arah2 hip hop gitu. Memang dari dulu sih sudah banyak yang yg agak2 hip hop gitu. Tapi yg ini nih lebih ke arah2 gaya Mariah di awal2 karirnya.

Mariah Carey di album kedua belasnya, ‘Memoirs of an Imperfect Angel’, merilis single keduanya yang berjudul ‘I Want Know What Love Is’. Pada lagu yang aslinya dibawakan oleh ‘Foreigner’ ini, Mariah yang dibantu oleh produser C. "Tricky" Stewart dan James "Big Jim" Wright, berusaha kembali pada pakem pop R&B lamanya. Mungkin untuk mengangkat kembali popularitas Mariah setelah single pertama Obsessed yang secara komersial dianggap kurang memuaskan. Apalagi penjualan minggu pertamanya yang benar-benar jatuh dibandingkan album sebelumnya.
Lagu ini memiliki alur yang naik pada akhirnya. Awalnya mungkin terdengar biasa saja, tetapi Mariah mematenkan ciri khasnya pada bagian akhir lagu ini. Sentuhan aransemen vocal ala Mariah nampak jelas sekali dengan overtone pada bagian reffrein. Komposisi dengan overtone yang dilakukan berulang Vokalnya yang berbisik kembali ditekankan pada bagian reffrein pertama, hingga memberi sentuhan lembut yang romantis pada lagu ini. Sementara itu teknik melesma Mariah yang meliuk-liuk juga ditunjukkannya pada akhir bait dan reffrein kedua. Sementara pada pengulangan reffrein bagian akhir dengan vokal yang bertenaga Mariah melakukan lengkingan yang menjadi ciri khasnya. Hingga membuat lagu yang didukung backing gospel choir terdengar begitu megah. Setidaknya single ini mengobati kerinduan penggemar-penggemar lamanya pada lagu-lagu dari album-album terdahulunya macam ‘Hero’, ‘Anytime You Need A Friend’ atau ‘Open Arms’.

I gotta take a little time
A little time to think things over
I better read between the lines
In case I need it when Im colder

In my life there's been heartache and pain
I don't know if I can face it again
Cant stop now, Ive traveled so far
To change this lonely life

I wanna know what love is.....
I want you to show me......
I wanna feel what love is.....
I know you can show me......

I'm gonna take a little time
A little time to look around me....
Ive got nowhere left to hide
It looks like love has finally found me....

In my life! there's been heartache and pain
I don't know if I can face it again
I cant stop now, Ive traveled so far
To change this lonely life!.!.!.!.

I wanna know what love is.....
I want you to show me......
I wanna feel what love is......
I know you can show me......

I wanna know what love is....
I want you to show me....
And I wanna feel, I want to.... feel what love is....
And I know, I know you can show me....
show me

I wanna know what love is, lets talk about love
I want you to show me, I wanna feel it too
I wanna feel what love is, I want to feel it too
And I know and I know, I know you can show me
Show me love is real, yeah
I wanna know what love is...

Jumat, 16 Oktober 2009

Spandau Ballet latest single Once More

Duh akhirnya Spandau Ballet bikin lagu juga. Sayangnya bukan album baru. Cuma album greatest hits dengan dua lagu baru. Once More adalah salah satu lagu baru mereka. Duh Spandau Ballet mah favorit gw sejak jaman SD. Sering dengar di radio tapi gak tahu nama mereka. Begitu gw mulai kenal musik lebih dekat lewat MTV Classic di tahun 90an baru deh gw tahu siapa mereka. Dan sejak saat itu terkenang kembali lho ini lagu jaman dulu gw SD kan. Ya ampun single2 mereka tuh enak2 dan benar2 pop yang oke deh. Once More ini dengerin deh melodinya ooooohhhh killer.

INTERVIEW ARTIST

Hmm sore tadi dapat email soal kesempatan untuk mewawancara artis pengisi Java Soulnation. Duh kayaknya spt mimpi menjadi kenyataan aja gitu. Baru saja beberapa sabtu lalu gw nonton bagaimana kiprah blogger2 kuliner, fashion di luar sana. Tentu saja bikin sirik. Contohnya saja bryan boy yang duduk di first row saat fashion week bersebelahan dengan Anna Wintour, Editor In Chief Vogue. OMG even si Bryan aja rasanya gak percaya dia bisa mendapatkan kesempatan seperti itu.
Nah gw sih belum sejauh itu. Tapi dapat kesempatan utk wawancara spt ini rasanya spt huge step buat gw secara pribadi.

Kamis, 15 Oktober 2009

Review Album: MATT KEARNEY - CITY OF BLACK AND WHITE


Tak ada kata terlambat untuk mengenal Mat Kearney. Lagu-lagu Kearney seringkali digunakan untuk menjadi musik latar untuk berbagai serial top di Amerika sana. Mulai dari Grey’s Anatomy, The Hills, Laguna Beach, Kyle XY, hingga Bones dan Friday Night Lights. Lagu-lagu Mat Kearney memang nikmat membuai telinga. Perpaduan yang pas antara pop, country dan rock membuat saya langsung kecanduan mendengarkan album ini. Apalagi warna suara dan interpretasi Kearney nikmat didengar. Segalanya terdengar pas secara sempurna. Bukan pas-pasan. Tapi pas, tepat secara musikal. Tak heran jika lagu-lagunya sering digunakan sebagai musik latar serial TV. Rasa-rasanya lirik dan melodi yang ditulis Kearney memang cocok untuk menggambarkan suasana hati yang ingin dicapai serial-serial tersebut. Jadi jangan heran jika mendengarkan album ini, kita akan dibius oleh alunan musik Kearney. Dan segera kita akan dibawa untuk mengidentifikasikan kisah hidup dan cinta kita sesuai dengan lagu-lagu Kearney. Musik dan liriknya bisa sedemikian menyentuh. Coba dengarkan ‘Closer To Love’, ‘Never Be Ready’ dan ‘Lifeline’, dijamin langsung hati ini terharu biru. Coba perhatikan lirik ‘Lifeline’ berikut ini:

You’re watching everything you ever held on to
Slip away from you
And all you’re running from well it’s catching up to you
Got you looking for a lifeline
Swimming in the high tide
Waiting for the daylight
To bring you home

Mendengarkan Kearney dalam album ini seperti mendengarkan kisah hidup dari Kearney sendiri. Seakan-akan kita dibawanya begitu dekat dengan kenyataan hidup, cinta dan harapan. Album ini adalah sebuah keharusan untuk dikoleksi.
PS:thx2Kyle

Track List:
1. All I Have
2. Fire & Rain
3. Closer to Love
4. Here We Go
5. Lifeline
6. New York to California
7. Runaway Car
8. Never Be Ready
9. Annie
10. Straight Away
11. On and On
12. City of Black & White

courtesy of www.creativedisc.com

Review Album: ANJULIE- ANJULIE


Album Anjulie ini sedikit mengingatkan pada Lisa Stansfield pada awal-awal karirnya. Musik Anjulie yang pop dengan sentuhan soul juga jazzy tune. Anjulie menurut saya muncul di saat tepat dengan warna musik yang jika diperhatikan setiap komposisinya mempunyai materi yang dalam. Eksplorasi Anjulie sebagai keturunan Kanada - Guyana membuat dirinya tidak terjebak dalam gaya menyanyi melesma yang penuh dengan liukan vocal. Coba dengarkan ‘Crazy That Way’ dan ‘Colombia’ yang minimalis dan manis. Begitu sederhana tapi juga menyentuh. Komposisi macam ‘Boom’, ‘Rain’, dan ‘Some Dumb Girl’ dipenuhi dengan sentuhan brass section yang catchy dan perkusi yang membuat lagu-lagu tersebut nikmat untuk bergoyang. Warna vocal Anjulie sendiri sebenarnya bukan yang indah dan powerful macam diva, tapi Anjulie memiliki interpretasi sendiri dan pandai menulis lagu yang tepat untuk timbre suaranya. Kalau diperhatikan memang warna suara dan gaya bernyanyi Anjulie mirip dengan Corrine Bailey Rae. Tetapi untunglah Anjulie membawakan warna musik yang berbeda. Anjulie berhasil membuat warna suaranya lebih seksi dan menggoda. Albumnya ini pun mendapat pujian dari kritikus musik di berbagai media di Amerika Utara. Anjulie adalah talenta baru yang menjanjikan. Single perdananya ‘Boom’ berhasil mencapai posisi no. 1 pada US Hot Dance Club Play. Saya sendiri menganjurkan kalian untuk mendengarkan ‘Fatal Attraction’ yang begitu catchy. Atau ‘The Heat’yang begitu nikmatnya dengan beat-beat reggae dengan interpretasi feminin yang baru, begitu adiktif. Atau ‘Colombia’ yang kental dengan sentuhan sway. Anjulie adalah album yang harus Anda miliki.
PS: thx2Kyle

Track List:
1. Boom
2. Rain
3. Some Dumb Girl
4. Addicted2me
5. Crazy That Way – Interlude
6. Crazy That Way
7. Fatal Attraction
8. The Heat
9. Colombia
10. Same Damn Thing
11. I Want The World To Know
12. Love Songs
13. Day Will Come Soon
14. Jamba


courtesy of: www.creativedisc.com

CONCERT CLASSIC CHRISYE

Manakala mentari tua telah berpijar
Manakala bulan nan genit enggan tersenyum
Berkelap kelip tiada terbayang
Tersendat-sendat merayap dalam kegelapan

Seperempat jam menjelang pukul sembilan malam, suara Wisanggeni mulai mengalunkan ‘Lilin-Lilin Kecil’ setelah diawali oleh opening act oleh Twilite Orchestra. Dalam gemilang cahaya sosok mungil Wisanggeni sukses membuat aura Chrisye hadir dalam konser Classic Chrisye. Senin malam, 12 Oktober lalu Addie MS dan Twilite Orchestra menggelar konser musik Classic Chrisye sebagai apresiasi terhadap karya-karya Chrisye yang abadi.

Di atas panggung yang lebar dengan dekorasi yang bertema perpaduan antara motif art deco dengan sentuhan ala Jawa, konser kali ini terbagi atas tiga sesi. Sesi pertama putih atau kelahiran. Dalam sesi ini Wisanggeni, Memes, Sherina, Utha Likumahua berpakaian serba putih. Memes membawakan ‘Chopin Larung’ yang memorable dengan lumayan baik. Sementara Sherina-lah yang mencuri perhatian dengan kemampuan vokal serta interpretasinya yang memukau dalam mempresentasikan lagu ‘Merepih Alam’. Sayangnya Utha terdengar sedikit kewalahan dalam membawakan ‘Serasa’. Untuk seorang Utha penampilannya agak di bawah ekspektasi saya. Yang juga disayangkan video montage tentang Chrisye dari Eros Djarot yang berhalangan hadir tidak dapat ditampilkan dengan suara baik.


Sesi berikutnya adalah sesi warna warni yang menyimbolkan keceriaan hidup. Pada sesi ini penampilan dari d’Cinnamon benar-benar membuat selingan segar di tengah penampilan full orchestra sepanjang konser. Grup ini tampil membawakan lagu legendaris ‘Galih & Ratna’ dengan gaya akustik folk. Benar-benar berbeda. Tampil dengan kostum yang tak seragam, tanpa sentuhan blink-blink, membuat penampilan d’Cinnamon justru makin memikat. Penampilan Vina juga termasuk mempesona. Vina berhasil mempresentasikan lagu ‘Cinta’ yang ditulis almarhum Chrisye untuknya. Sementara itu penampilan Oddie Agam dalam ‘Anak Sekolah’ ditunjang permainan lampu yang dinamis berhasil membuat suasana menjadi lebih hidup.

Malam itu tingkah dan celotehan lucu Sarah Sechan sebagai pembawa acara sukses menghangatkan suasana di antara penonton.

Sesi ketiga adalah hitam. Di sini penampilan artis dibungkus dalam kostum berwarna hitam. Dalam sesi ini Yockie Suryoprayogo menceritakan tentang kenangannya bersama Chrisye. Dilanjutkan dengan kolaborasi antara Yockie Suryoprayogo, Armand Maulana dan Dewa Budjana mebawakan ‘Sendiri’. Penampilan yang sederhana dengan musik yang ‘rumit’ justru membuat Armand tampil memukau malam itu. Dilanjutkan dengan duet Armand dan Vina, yang sayangnya tidak terlalu indah karena Vina sempat lupa lirik akibat terbawa emosi mengenang almarhum Chrisye. Sementara Ahmad Albar tampil agak kaku dengan para penari pengiringnya membawakan ‘Anak Jalanan’. Afgan yang muncul setelah Ahmad Albar membawakan ‘Sabda Alam’ lebih menarik dibandingkan pada penampilan dalam ‘Kenang-kenangan’ pada sesi pertama. Meski untuk lagu berikutnya ‘Juwita’ yang lebih upbeat, Afgan kurang bisa mempresentasikannya dengan menarik.


Di tengah berbagai kekurangan seperti Slamet Rahardjo yang batal tampil karena sakit, serta Eros Djarot karena kesibukannya, konser ini tetaplah menarik diikuti. Meski susunan lagu dan pengisi acara membuat konser ini justru terasa anti klimaks. Mungkin akan terasa lebih gregetnya seandainya saja penampilan Vina atau Armand ditempatkan di akhir acara sebagai puncak.


courtesy of : SoundUp magazine

DANCING QUEEN & D'Cinamons


photo courtesy of Leonardus Surya

Senin kemarin nonton Classic Chrisye eh ada D'cinnamons hihihihi. Biasanya ditawarin foto bareng artis gak mau kemarin langsung memaksa fotografer gw utk fotoin gw bersama mereka hahahahaha.

Rabu kemarin dapat tiket dari Alberthiene Endah untuk nonton Dancing Queen di Istora. Meski akhirnya gw gak pakai tiket gw krn ada tugas liputan jadi gw pakai ID Press. Akhirnya tiket gw kasi ke teman gw. Agak menyesal juga sih secara berpisah dari teman2 lainnya. Dan sekali lagi gw make a fashion statement hahahahaha. Secara ya di kalangan wartawan itu rupanya ada kesepakatan tidak tertulis utk mengenakan hitam, nggak peduli ada yg ngondek juga. Dan gw doang yang pakai pink tua. Selesai sudah. Hahahahaha so gay hihihi.

Nggak kebayang kan nonton acara konser penuh bebancian tukang silet. Aseli selama 3/4 jam pertama tuh gw sudah mau mati kebosanan. Mana sound sistemnya buruk hingga suara yang keluar terdengar kasar.
Dan yg agak mengganggu sih kenapa koreografinya agak jadul ya, so Guruh-esque. Bosan aja dengan penari-penari membawa bendera ala marching band. Dan warna-warna benderanya itu sooo gay. Hehehehe duh gimana ya bukannya gak mendukung pergerakan gay.
Cuma bosan aja lihat ABBA itu dikonotasikan sbg gay. I need something fresh and new. Buat apa nonton konser yang cuma bergaya 70s, 80s dengan kostum2 ala drag queen? Sudah kebanyakan. Bosan.
Sekarang kayaknya jaman hip hop dance. Jadi kalo gak bisa mengikuti perkembangan jaman ya jangan marah kalo dikritik. Nggak bisa memadukan antara gaya hiphop dance dengan gaya klasik disco ABBA ya itu sih berarti kurang eksplorasi.


Night is young and the musics high
With a bit of rock music, everything is fine
Youre in the mood for a dance
And when you get the chance...
You are the dancing queen, young and sweet, only seventeen
Dancing queen, feel the beat from the tambourine
Dancing Queen - ABBA

Rabu, 14 Oktober 2009

Fans

Tadi sore sebelum meliput untuk konser Dancing Queen tiba2 dapat sms dari teman yang memberitahukan kalau ada yang menanyakan soal gw di situs dimana gw menjadi kontributornya.
Soalnya gimana ya? Agak2 surprise aja melihat kalau tulisan2 gw ditunggu2 dan digemari oleh para pengunjung situs musik creativedisc.com.
Beberapa waktu lalu seorang teman lama bahkan mengatakan seperti ini dalam surelnya.

Tulisan2 lo udah mulai dikenal orang loh. Pernah ada yg nanya ma gw tuh orang malah taunya lo itu penulis dibandingkan designer interior. Bravo deh.

Hehehe gede kepala deh jadinya. Di satu sisi sih gw merasa senang. Siapa sih nggak makin senang jadi tambah populer? Yah senang juga kalau mulai dikenal orang. Cuma di satu sisi agak kuatir juga sih. Nggak tahu mungkin hanya sedikit perasaan insecurity aja.

NB: masih habis senang kemarin ternyata malam ini malah bete gara2 baru tahu laura izibor ternyata gak ada di daftar penampil di java soulnation

Senin, 12 Oktober 2009

MELIPUT LAGI

Semalam meliput konser Classic Chrisye. Meski ngaret ya, untungnya layak untuk dinantikan. As a newbie agak kagok dalam meliput bersama wartawan2 dari big media company lainnya. A lil bit intimidated. Tapi senang juga akhirnya bisa bertemu muka dengan Dipa Mulya, reporter Female yang dulu sering banget gw dengar suaranya di radio. Sempat juga lihat managing editor salah satu majalah musik ternama di Indonesia. Ada juga teman FB sempat juga sih lihat di MP tapi ya kenal2 gitu aja jadi dia nggak ngenalin gw hehehehe it's okay. Press conference ternyata setelah selesai konser, ngantuk bo. Artis ternyata juga banyak yang nonton di tribun, bukan di VIP. Kemarin dengan dodolnya seperti orang bego nyariin teman sesama liputan dari sound up, Surya. Pas jalan gw sambil smsan jadi gak ngeh ada reporter dan VJ dari sepertinya sih Djarum Black gitu apa dari . Jadi ya pastilah terlihat seperti orang dungu. Aseli gw gak nyadar blas. Untung aja gw gak nabrak tuh VJnya yang lagi cuap2. Soalnya gw lihat tuh fotografer temen gw di belakang cameraman mereka. Dodolnya gw gak sadar itu lampu sorot yang terang itu dari camera mereka. Gw sama sekali gak mikir kalo sedang berlangsung syuting. Mudah-mudahan sih kena editing. Malu dong, e-librity dalam pose nggak banget. Hahahahahahaha.
Setelah selesai acara, foto bareng sama D'cinnamons. Aseli ternyata ramah banget, soalnya sempat nonton dulu dan baca ttg vokalisnya kok terkesan kaku hehehehe maaf ya. Ternyata salah duga. Over all kemarin penampilan D'cinnamons itu memang fave gw banget. Bawain lagu Chrisye dengan sentuhan akustik folk. Keren deh. Suka. Ya berasa beda aja secara yang lain kan sebagian besar full orkestra. Kemarin yang juga mencuri perhatian adalah Armand Maulana. Yah dengan gaya bernyanyinya yang khas ngeden memang outstanding. Padahal permainan musiknya juga gak sederhana. Tapi memang cuma Yockie Suryaproyogo dan Budjana yang mengiringi. Jadi benar-benar sederhana tapi membuat Armand tampil memukau.
Entar deh gw bikin tulisan reviewnya. Cek aja di Sound Up.

Sabtu, 10 Oktober 2009

Review Album: Round 2 - J. Holiday



Ada 7 alasan kenapa saya merasa harus memiliki album ‘Round 2’ ini:
  • Alternatif baru dari dominasi Ne-Yo dalam ranah R&B. Sejak kemunculan album pertamanya, ‘Back of My Lac ‘, saya sudah tertarik dengan J. Holiday, mengingat gaya tampilannya lebih mirip musisi hip-hop ketimbang R&B yg lebih flamboyant, seperti Ne-Yo. Dominasi Ne-Yo dalam chart dan playlist radio saat ini buat saya begitu menjenuhkan. Itu sebabnya J. Holiday membawa suara yang lebih segar buat saya.
  • Mendengarkan J. Holiday seakan mengenang kembali masa-masa kejayaan Babyface di dekade 90an. Bedanya J.Holiday terasa lebih segar, lebih relevan dengan R&B kontemporer saat ini.
  • Interpretasi dan timbre vocal J. Holiday yang pas untuk lagu-lagu R&B kontemporer saat ini. Meski sepintas terdengar seperti Mario dan Ne-Yo, tapi J. Holiday memiliki warna tersendiri yang langsung dapat dikenali.
  • Didukung oleh produser macam The Dream, yang bersama Tricky berhasil membawa Rihanna sukses dengan ‘Umbrella’. Berdua mereka pernah dinominasikan untuk Grammy. Ada produser Jasper Cameron yang sukses mengubah image Christina Aguilera lebih nakal dalam ‘Stripped’ juga membantu Ciara dalam album teranyarnya, ‘Fantasy Ride’. Dengan sentuhan tangan dingin mereka, album ‘Round 2’ memang terasa lebih nikmat untuk didengarkan.
  • J Holiday menyanyikan sekumpulan lagu yang kental dengan sentuhan R&B yang romantis. Sangat pas untuk kalian yang sedang mencari musik-musik cinta yang baru. Dengarkan ‘Run Into My Arms’ yang manis, atau ‘Make That Sound’ yang lebih megah. J. Holiday memanjakan telinga saya. Komposisi-komposisi di album ini sungguh cocok untuk didengarkan saat makan malam berdua ditemani temaram cahaya lilin atau menemani saat-saat bercinta di kamar.
  • Coba perhatikan lirik ‘Fly’ yang manis dengan aransemen yang melodius membius dijamin kalian akan jatuh cinta dengan lagu ini.

Lord knows I wanna keep you, life without you I just can't see it. But sometimes you gotta let love be what it's gonna be. I'm a let you fly and pray you come back to me cause I do believe. If I let you fly then you fly back, then it was meant to be. So fly, fly, fly, fly.

Dan itu bukanlah satu-satunya lirik romantis dalam album J. Holiday ini.
  • Album ini diwarnai dengan beberapa sentuhan aroma musik, selain hip-hop tentunya. Pada ‘Intro’ J. Holiday berhasil membuktikan penyanyi yang mampu membawakan nuansa jazz. Sedangkan pada komposisi ‘I Tried’, raungan gitar listriknya dipadukan dengan gaya bernyanyi J.Holiday yang black, membuat lagu tersebut menjadi komposisi R&B yang ngerock.
  • Sungguh terlalu jika menjadikan J. Holiday sebagai underdog yang berada under your music radar. Album ini begitu menarik untuk dilewatkan begitu saja. Penggemar R&B sejati pasti akan menjadikan album Round 2 J. Holiday ini sebagai bagian dari koleksinya.

Track List
1. Intro
2. It's Yours
3. Fall
4. Don't Go
5. Wrong Lover featuring Rick Ross
6. Run into My Arms
7. Sing 2 U
8. Lights Go Out
9. Make That Sound
10. Forever Ain't Enough
11. Fly
12. Homeless
13. I Tried:

Jumat, 09 Oktober 2009

LIPUTAN KONSER AIR SUPPLY

Even the nights are better
Now that we’re here together

Diawali dengan lagu ‘Even The Nights Are Better’, Air Supply membuka konsernya setengah jam lepas pukul delapan malam. Untuk artis seusia mereka duo senior ini masih nampak berenergi. Meski gaya bergoyangnya masih terasa jadul, tapi semangat dan karismanya cukup bersinar terang malam itu.

Air Supply, duo yang digawangi oleh Russel Hitchcock dan Graham Russell ini telah lebih dari tiga dekade menapaki dunia musik sejak 1975. Mereka telah menghasilkan 18 studio album dan 17 single hit. Lagu-lagu mereka telah menjadi lagu yang klasik dan abadi. Mulai dari pop diva macam Celine Dion hingga country diva Carrie Underwood, termasuk boyband Westlife pernah membawakan lagu-lagu Air Supply, baik dalam album atau penampilan live mereka.
Setelah ‘Even The Nights Are Better’, Russel yang bersetelan jas biru celana hitam, membawakan pula hit-hit mereka yang lain seperti‘Just As I Am’, ‘Goodbye’, ‘Lost In Love’.

Pada penampilan ke-15 kalinya di Indonesia kali ini, duo ini nampaknya memang masih memiliki magnet yang kuat lewat lagu-lagu soft rocknya yang memorable. Penonton yang datang meski sebagian besar berusia mendekati atau lewat setengah abad, toh banyak juga penonton yang tergolong dewasa muda. Dan hebatnya yang muda pun khatam sebagian besar lirik lagu-lagu hit Air Supply.

Pada konser dimana Air Supply dibantu dengan 4 additional player, mereka tak lupa memberikan perhatian pada korban gempa di Sumatera Barat. Graham memberikan kata sambutan sebelum muncul video montage tentang liputan korban gempa. Pada kesempatan amal tersebut Air Supply menyumbangkan sebuah gitar yang telah ditandatangi oleh Graham dan Russel untuk dilelang pada situs www.tommypratama.com.

Vokal tenor Russel Hitchcock sendiri malam itu cukup membuat decak kagum, mengingat usianya yang sudah 6 dekade. Meski pada tembang ‘The Power Of Love’ terasa diturunkan nada dasarnya serta lebih minim overtone, setidaknya Russel masih terdengar prima pada nada-nada panjang pada setengah bagian pertama konser. Pada lagu ke-13 yang menjadi puncak penampilannya malam itu sebenarnya, ‘Making Love Out Of Nothing At All’, Russel terdengar sedikit kewalahan. Lagu tersebut memang tidak mudah dibawakan bahkan bagi penyanyi yang muda sekalipun, jadi secara keseluruhan Russel cukup memuaskan penggemarnya.

Duo ini cukup komunikatif dengan penonton. Mereka bahkan muncul di tengah penonton dan berkeliling hall menyapa para penonton, membuat konser terasa lebih hangat dan akrab. Saat solo membawakan lagu baru yang akan ditampilkan dalam album teranyar mereka, Graham menceritakan latar belakang lagu itu tercipta. Graham mengatakan lagu yang berjudul ‘A Little Bit More’ itu terinspirasi dari seorang sahabat wanita yang telah kehilangan suaminya setelah pesta ulang tahun pernikahan. Saat Graham bertanya apa yang ingin disampaikan lewat lagu yang akan diciptakannya. Sang sahabat wanita menjawab ia hanya ingin sedikit waktu lagi bersama sang suami.

Graham membawakan lagu ini dengan sedikit sentuhan folk cuntry. Malam itu memang pada beberapa bagian dimana Graham solo, ia mencoba untuk memberikan sentuhan folk country.
Satu tindakan lain yang juga menyentuh para penggemar Air Supply adalah saat Graham meminta para penonton di kelas festival yang berada di bagian belakang hall untuk maju ke depan panggung. Memang itu dilakukan saat-saat terakhir, saat lagu penutup akan berkumandang. Malam itu dengan aksi panggung yang memikat antara Graham dan drummer, vocal Russell yang melengking ‘All Out Of Love’ menjadi penutup konser yang manis.

I'm all out of love, what am I without you
I can't be too late to say I was so wrong

Untuk foto2 lihat di majalah Sound Up edisi Oktober.

Kamis, 08 Oktober 2009

NONTON AIR SUPPLY

Kemarin akhirnya untuk pertama kalinya dapat tugas liputan sebagai pers untuk konser Air Supply. Pake ID Pers gitu lho hahaha *lebay mode on*

Yah lumayan sih bisa nonton gratis, bukan gratis sih tapi bayar pake tulisan hehehehehe......

Hebat juga tuh duo opa meski goyangnya jadul tetep berkarisma dan bertenaga. Yah untuk ukuran orang setua itu salut deh gw.

Rabu, 30 September 2009

PALOMA FAITH

Akhirnyaaaaaaaaaaa dapat juga album Paloma Faith

Hmm gimana ya ? KEREEEENNNN

Gw suka semua lagunya. Warna suaranya sih ya perpaduan antara Adele dan Duffy. Keren deh must have album. Meski bukan warna baru yang diusungnya. Cuma melodi2nya memikat deh

Jumat, 25 September 2009

creativedisc.com

Kalo pada belum tahu nih, coba deh main2 ke situs www.creativedisc.com

Ini situs musik asli Indonesia tentang musik-musik international. Ada review musik dari review album, review single, sampai time tunnel yang membahas soal artis-artis tempo lalu. Ada juga chart lagu mancanegara yang disusun creativedisc sendiri maupun sejumlah radio dari penjuru tanah air.

Ada juga lho kuis2nya. Lumayan bisa dapat CD2 terbaru dari artis2 musik yang sedang naik daun. Lumayan kan?

Dan psst jangan lupa ya baca review musik yang gw tulis di sana.....hehehehehehe *narsis mode on

Biasanya sih review gw lebih banyak tentang album2 yg lebih adult / urban contemporary gitu, musik2 yg lebih dewasa, jadi jarang direview dan menjadi highlight, padahal cukup bermutu. Jadi jangan lupa ya berkunjung ke creativedisc.com

Kamis, 24 September 2009

NGIDAM

1. Albumnya Brett Dennen yang hope for the hopeless
2. Gavin Degraw yang Free
3. Mandy Moore yang baru

Rabu, 23 September 2009

GRUMPY KELLY

Kelly Clarkson kan demen banget nih marah2. Pada album ketiganya dia ribut dengan Clive Davis. Meski materi albumnya dipuji2 kritikus musik tapi penjualannya benar-benar jeblok. Di album terbarunya ini KC mulai menanjak lagi tapi ya gitu pake acara ribut-ribut dengan Ryan Tedder yang menjadi produser musiknya untuk single Already Gone. Kalo di Amrik sana kan produser musik itu kayak aranger musik di sini. Nah gw jadi mikir si Kelly tuh ngomel2 bagian intro singlenya mirip dengan single Halo yang juga diproduseri Ryan Tedder, apa dia belum dengar bagaimana kira2 hasil akhirnya waktu dia rekaman suaranya?. Gw sendiri kurang begitu tahu proses rekaman gimana. Apalagi saat ini kan rekaman pake teknologi digital yang canggih. Cuma ya memang disayangkan Ryan Tedder tuh menggunakan aransemen yg memang menjadi ciri khasnya itu berulang-ulang. Terkesan kurang pengolahan sih. Tapi bosan juga dengar Kelly ribut2 melulu. Puhlease deh santai aja. Lagunya juga terdengar beda kok. Cuma bagian intro aja yang sepintas mirip. Tapi overall mah beda sama Halo-nya Beyonce.

Senin, 21 September 2009

BAND = COMPANY?

Gw adalah salah satu yg pertama pembenci Sugababes. Menurut gw cuma pengekor dari Spice Girls. Sampai akhirnya kemakan omongan sendiri. Gara2 single perdananya yg gw benci banget, Overload. Eh malah Round Round jadi cacing otak dan nyantol aja gitu tuh lagu di otak gw. Mulai deh dari situ hati gw terbuka terhadap Sugababes. Eh terus jatuh cinta deh sama lagu2 lainnya. Dan malah mereka bertahan lebih lama dari Spice Girls, dengan sejumlah album yang jelas-jelas dua kali lebih banyak dari Spice Girls. Sugababes jelas-jelas lebih produktif. Meski mengalami pergantian personil sempat dua kali. Toh Sugababes terus melaju.
Mungkin jika dibandingkan Spice Girls penjualan album Sugababes memang tidak ada apa-apanya. Sugababes juga tidak terkenal di Amerika seperti halnya Spice Girls.

Tapi mengurus girlsband memang menurut gw nggak gampang. Let's face it ngurus rock band aja susah padahal itu terdiri dari cowok2. Mengurus boyband jauh lebih gampang. Mungkin karena cowok2 boysband tidak terlalu drama king macam rockstar. Jadi nggak heran kalau boyband biasanya lebih kompak dibandingkan rockband atau girlsband.
Nah kebayang kan kalo ngurus rockstar aja ribet kebayang dong gimana ribetnya ngurus cewek2 yg biasanya lebih drama queen. Kalo bukan karena ikatan emosi yang kuat bukan nggak mungkin girlsband lebih gampang hancur berantakan ketimbang tumbuh menjadi lebih solid macam Dixie Chicks. Dixie Chicks mungkin malah jauh lebih kuat dan solid karena masalah politik yang mereka hadapi.

Nah sekarang face it kalo personil awal dari Sugababes, Keisha Buchanan, mundur/dikeluarin dari Sugababes. Sudah tidak ada lagi personil awal sama sekali dari Sugababes. Mungkin kondisi ini bisa diibaratkan macam menonton sinetron Tersanjung, sejak season pertama dan season kesekian ratus itu tidak ada lagi tokoh2 yg di awal muncul. Sudah berubah semua dan tidak ada lagi tokoh2 di awal.

Begitu juga dengan kondisi Sugababes saat ini. Gw jadi mikir. Membuat band saat ini rasanya tidak bisa lagi hanya berdasarkan emosi dan selera musik yang playfull. You must treat it like a company. Ada personel yang membangkang, ganti saja cari yang lain yang lebih menurut dan haus ketenaran. Buat dia menurut pada konsep band dan musik yang kita inginkan. Selesai sudah. Emosi? Suruh mereka para personil band untuk mendalami musik dan liriknya sampai menemukan jiwa yang tepat dari lagu-lagu yang sudah dikonsep lebih segar dan baru. Semuanya harus seperti akting yang dari dalam hati dan jiwa. Bukan sekedar topeng. Kemas para personel itu dengan fashion termutakhir. Bikin videoclip yang oke dan breakingthrough. Selesai sudah.

Minggu, 20 September 2009

KOLEKSI CD

Ehm rasanya memang aneh. Gw ini lebih suka koleksi album ketimbang cuma dapat lagu2 mp3 bajakannya. Tapi untuk beberapa artis memang gw lebih suka koleksi greatest hitsnya ketimbang album2nya. Apalagi untuk yg baru gw mulai suka dan belum kenal sepenuhnya musiknya seperti apa. Kadang gw coba dulu untuk merasakan musiknya lewat greatest hits. Kalo sudah oke baru deh gw beli albumnya satu per satu utk melengkapi koleksi CD gw.

MOST WANTED

Banyak sih yang pengen dimiliki apa daya kadang masalah ada di pasar dan di duit hehehehehe
Mesti original terbitan label aseli lho ya....
1. Whitney Houston debut selftitled
2. Mariah Carey debut dan sophomore album
3. Robin Thicke debut album

yang baru keingat sih ini hehehehehe

MC bajakan

Kemarin nih gw sudah excited bgt pengen beli Mariah Carey album debut self titlednya dan emotions itu. Ya ampun untung kok gw sempat chichat sama Nicolai. Dan setelah gw check ternyata tuh album Mariah Carey produksi china dan tidak ada label sony musicnya. Duh bete dong. Apa artinya koleksi album musik collectible kalo dapatnya bajakan tok? Pantesan kok murah. Gw pikir impor mah mestinya di atas 100. Apalagi kalo album perdana yang usianya sudah 20 tahunan pastilah di atas 200an. Duh sebel banget deh. Akhirnya you know what? Untuk mengobati kekecewaan gw beli album Ne-Yo langsung 3 biji saja. Dari album debutnya 2006 In My Own Words, 2007 Because of You, dan 2008 Year of the Gentleman. Baru ngeh ternyata Ne-Yo itu sudah rilis 3 album dalam 3 tahun berturut2. Produktif sekali. Terlalu produktif malah bikin jenuh pasar kan? Apalagi dia banyak bantu2 di album2 artis kulit hitam lainnya. Tadinya yang gw harapkan agak2 kayak Maxwell ternyata nggak.

Kamis, 17 September 2009

Masih Soal Belanja CD

Kadang berbelanja CD itu gw bisa jadi sangat impulsive. Apalagi tahu sendiri kan artis musisi itu kadang bisa sangat tergantung penjualan dan trend. Kadang materi vokalnya bagus, materi musiknya lumayan tapi penjualan jeblok ya gak pernah rilis album lagi. Jadi kadang sayang aja gitu kalau tiba-tiba ada sale dan gw gak beli. huhuhuhu...... Tapi berhubung gw lebih suka beli album makanya kadang-kadang yg dibeli pun belum tentu cocok dengan semua lagu di album itu. Masalahnya adalah gw merasa album itu sebagai sebuah satu kesatuan karya seni. Jadi gak bisa tuh gw hanya mendengarkan single saja. Suka berasa incomplete aja.
Nah melantur kemana-mana.....
Kalo lagi masa dimana lagi jarang album bagus dirilis nih, kadang gw suka mati gaya. Pengen beli album tapi gak ada album baru yang bagus. Beli album lama artisnya gw gak begitu kenal. Tapi memang sih gw suka gambling beli album2 dari artis yang tidak begitu dikenal. Kadang suka kadang nggak.

Nah yang jadi masalah sekarang beberapa gw beli dan belum pernah gw dengar sama sekali. Beberapa cuma dengar sekali. Kadang memang butuh waktu utk growing menyukai karya musik dari seorang musisi/grup. Tapi dengan cepatnya derap laju musik dunia rasanya juga kadang gak sempat utk mengenali lebih dekat lagi musik-musik lama yang tidak terlalu terkenal.

Rabu, 16 September 2009

BERBURU CD

Sebagai penggemar musik tentunya gw bukan hanya mendengarkan lagu-lagu mereka. Tapi juga mengoleksi album penyanyi-penyanyi fave gw. Koleksi kaset gw sih lumayan banyak. Tapi rasanya koleksi kaset mesti gw conversi menjadi CD deh. Masalahnya banyak album-album yang lama itu susah dicari CDnya di Indonesia. Album penyanyi paling fave gw aja Whitney Houston, belum semua CDnya gw punya. Eh sekarang malah lagi semangat 45 buat cari CD2 album Mariah Carey yang awal2. Lumayanlah. Gw juga agak kaget sih soalnya ternyata masih harga normal. Kirain import ternyata tidak. Bulan ini dapat kiriman album Angela Aki, Manic Street Preacher, Taylor Swift, Michael Buble Live at Madison Square, David Foster juga. Sebagian sih pesanan. Yang paling senang akhirnya kebeli juga Jazmine Sullivan. Sudah lama diidam-idamkan, trus pesan juga dan akhirnya beberapa minggu lalu sempat dikabari kalau pesanan sudah datang. Berhubung belum ada duit... mahal boooo bahkan utk ukuran import ini masuk kategori mahal krn harganya dua kali harga import normal. Album Whitney juga sudah kebeli. Dan nampaknya laris manis. Di rak-rak CD toko musik tinggal beberapa saja. Whitney, you go girl!....

Rabu, 09 September 2009

FATHER & FRIEND

Well my relationship between me and my father is always considered as cat and dog. We have a some strange relationship mixed love and hate. Mungkin karena dari awal bokap gw juga terlihat tidak nyaman dan aneh dengan baby. Ya waktu gw masih baby katanya sih dari cerita2 di keluarga gw bokap gak bisa gendong his baby. Even today bokap gw bukan tipe yang melihat baby dan bisa bercanda spt om gw yg suka bermain2 dg cucu keponakannya. Waktu SMA gw ngeliat ada temen gw dg bokapnya. Dan jujur gw cemburu melihat kemesraan hubungan mereka yg sudah seperti teman dekat saja. Temen gw tetep respek sama bokapnya, tidak bersikap kurang ajar. Tapi bokapnya juga tidak menjaga jarak dg temen gw. They were like bestfriends. If only me and my father can be like them.



O, Papa sit down, and hear my song.
O, and if you feel like it then please sing along
No nothing that I wanna say, I haven’t said before
But to use your words, you can never be to sure

See, even though. I don’t always show.. I’m glad that you’re along.
Said I’m glad that your're around

O sonny, so strange, to hear and see
That someone so different is, a soul like me.
You may have gone right, where I would have gone left.
But son, that’s alright. I will always have your back
See even though. I don’t always show.
I’m proud of you, my son.

Old days, and all of the new wanting to be like you.

Every time I look at you. I see myself. I’m so proud of you.
For you help make me what I am.
A better man.
I’m just so proud of you.

O Dad, your views in life. Tell me how they came to be.
Well see, I didn’t know my father like the way that you know me.

Son, life is just too short. For us to never be in touch.
That’s why I Want to tell you that I love you very much.
Oh even though, I don’t always show. You know
And I want you to know that.

Every time I look at you. I see myself. I’m so proud of you.
For you help make me what I am.
A better man.
I’m just so proud of you.

I’m here and I’ll be if I can A father and a friend.

Every time I look at you.

Every time I look at you. I see myself. I’m so proud of you.
For you help make me what I am.
A better man.
I’m just so proud of you.
You know that one day too I ll be walking in your shoes
Yeah and I know that you'll do fine cause you're a son of mine
Oh Hey papa tell me what you've learned so that I don't get my fingers burned
Son you'll see that as you go you'll make mistakes of your own
But that's oke man see you live and you learn
You live and you learn
Father & Friend - Alain Clark


Selasa, 11 Agustus 2009

SOUNDTRACK OF YOUR LIFE

Pernah gak sih punya soundtrack of your life? Maksud gw pas satu momen dalam kurun waktu tertentu lo punya musik yang menjadi musik latar, mengisi hari-hari lo. Gw sih punya dan banyak. Gw masih ingat pas gw SMP kelas 3 akhir gw ditemani oleh lagu2 Whitney Houston dari album Bodyguard. Sementara pas SMA kelas 1 yang stressfull itu gw ditemani oleh Dina Carroll dengan album pertamanya yang fantastis. Sementara di awal kuliah gw hanya ingat satu dua lagu dari Meja dan The Cardigan. Di akhir kuliah ada Westlife yang menemani gw ditambah Pink dan souindtrack Moulin Rouge. Tahun lalu pas gw stress berat gw ditemani oleh lagu2 dari Sophie B. Hawkins. Tahun ini detik ini saat gw stress berat gw senang banget krn gw menemukan album Gavin Degraw dari tahun 2003. Benar2 sebuah kebetulan. Gw senang banget sama album ini.

Jumat, 31 Juli 2009

THE IMPOSSIBLE DREAM

Masih teringat saat pertama tulisan gw dimuat di sebuah harian lokal Warta Kota, waktu itu WK baru terbit dan masih berformat mirip Kompas bukan seperti sekarang. Tulisan berjudul 'Masih Perlukah Ruang Tamu?' masih terbingkai dengan manis di sudut kamar gw. Rasanya seperti mau meledak begitu ditelepon oleh redakturnya diminta untuk mengirimkan naskah aselinya. Nggak nyangka aja bisa. Sepanjang hari itu muka gw rasanya tersenyum terus. Nggak ada yg bisa ganggu kebahagiaan gw hari itu. Soalnya cuma berbekal membaca artikel2 yang ditulis Lynn Hirschberger dan almarhum Indra Safera dan gw langsung merasa, sepertinya gw bisa nulis dg gaya tulisan seperti mereka. Dan akhirnya gw membeli salah satu buku self-help tentang menulis gw lupa judulnya -buku itu sptnya sudah gw hibahkan ke salah satu fans gw, Anggi. Yang pasti buku itu karangan Andreas Harefa.

Kemudian gw mulai menulis artikel-artikel lainnya. Dimuat di Suara Pembaruan selama 2 minggu berturut2. Rasanya seperti mau meledak untuk kedua kalinya. Nggak kebayang aja baru pertama nulis dan kirim tulisan ttg fashion dan lifestyle, tahu-tahu dimuat di harian berskala nasional seperti itu. Hasil tulisan itu gw bisa jalan2 ke Wonosobo yang ternyata indah, awalnya gw meremehkan tempat itu pasti buruk krn daerah asal pembantu. Bok you should go there and stay in Temanggung. It's a breathtaking experience tinggal di apit 2 kaki gunung dengan pemandangan senilai jutaan dollar.

Kemudian mulai tulisan gw dimuat di tabloid interior, yang pertama di Rumah yang kedua di Home. Kemudian cerpen juga dimuat di Femina. Selanjutnya cerpen yang kedua di majalah Matra yang berjudul 'Penyakit Ire'.

Setelah itu keasyikan menulis di blog. Tapi karena tulisan gw di blog itulah gw bisa menjadi narasumber untuk koran Sindo, sebuah radio di Sulawesi, serta Hard Rock FM Bali. Berkat menulis di blog gw bisa menyambung hidup karena klien2 baru gw tahu kerjaan gw dari blog.

Berkat blog juga gw bisa berkolaborasi menulis untuk sebuah e-book Anthology. Thanks to Dillon and OOT gank and friends. Berkat blog juga gw bisa menulis untuk sebuah situs perusahaan Jepang. Many thanks to Dhina.

Sejak dulu gw juga pernah bermimpi untuk menjadi penulis musik. Dan mimpi itu tercapai berkat Ai yang mengenalkan kepada Welly, yang memuat tulisan2 gw secara rutin di creativedisc.com. Dan berkat mereka berdua, dua tulisan gw dimuat di majalah SoundUp edisi Juli ini. So lotta thanks to both Ai dan Welly. You both know my next destination really is. *dreaming still mode on*
Terima kasih juga buat Kyle, Dhina, dan Bobb Pinoy buat sharing lagu2nya.

Yah intinya sih kalau punya mimpi bukan nggak mungkin kok semuanya terjadi. Mungkin memang harus sabar dan keep believe in yourself. Tulisan pertama gw di tahun 2001 akhir, sekarang 2009 rasanya mimpi itu sebagian besar sudah menjadi kenyataan. One thing for sure make a plan and start to do it.

Last but not least thank God.

Mimpi berikutnya bisa nulis novel setebal 300 halaman dan punya buku kumpulan cerpen gw sendiri. Sebenarnya sih sudah ada beberapa terkumpul tapi kayaknya mesti butuh 30 cerpen lagi krn nanti kan disortir lagi mana yg layak dan tidak. Karena gw sendiri merasa cerpen gw gak semuanya bagus.

To dream the impossible dream
To fight the unbeatable foe
To bear with unbearable sorrow
And to run where the brave dare not go
To right the unrightable wrong
And to love pure and chaste from afar
To try when your arms are too weary
To reach the unreachable star
This is my quest
To follow that star
No matter how hopeless
No matter how far
The Impossible Dream - Luther Vandross

Minggu, 26 Juli 2009

JAZMINE SULLIVAN - FEARLESS



Mendengarkan Jazmine Sullivan bernyanyi seperti menggabungkan antara Alicia Keys, Eve, dengan Lauryn Hill. Pada single pertamanya Need You Bad terasa kental sentuhan reggaenya. Single yang diproduseri oleh dan juga berduet dengan Missy Elliott ini yang berhasil mencapai puncak Hot R&B/HipHop Billboard. Sementara pada single kedua Bust Your Windows terasa sekali nuansa retronya. Sedikit mengingatkan pada gaya Lauryn Hill. Pada singlenya yang kedua ini Jazmine dibantu oleh Salaam Remi yang membantu Amy Winehouse dalam album Back To Black. Dengan orkestrasi yang apik dipadu dengan vocal Jazmine yang khas dan sentuhan soul yang kental, single ini berhasil mencuri hati saya. Liriknya pun cukup catchy. Single ini terasa sekali nuansa Motown yang sempat kuat sepanjang 2007-2008 lalu. Single ketiga Lions, Tigers, & Bears juga terasa begitu kental dengan nuansa retro 60-70snya. Dalam single yang ditulis Jazmine dengan W. Mann ini disertakan sampling dari Salaam Remi Sheila’s Playground. Kekentalan nuansa retro 60-70s juga terasa pada track My Foolish Heart, One Night Stand, Live A Lie, In Love with Another Man, dan Switch. Tetapi yang membedakan Jazmine dengan Amy Winehouse dan Duffy adalah kekentalan R&B pada musik Jazmine. Apalagi Jazmine sukses memberikan sentuhan modern hiphop. Sentuhan itu sangat terasa pada komposisi seperti Call Me Guilty, After the Hurricane, Dream Big, Fear, Best Of Me. Mendengarkan album Fearless ini seperti mendengarkan sebuah perpustakaan musik hitam Amerika dengan rentang periode lebar yang disusun dengan apik. Sebuah album yang sangat artistik sehingga rasanya layak jika Jazmine berhasil menempatkan dirinya masuk dalam 5 nominasi Grammy tahun 2009 ini dalam kategori Best New Artist, Best Female R&B Vocal Performance, Best R&B Contemporary Album, Best R&B Song, dan Best Traditional R&B Vocal Performance.

Tracklist:
1. Bust Your Windows
2. Need You Bad
3. My Foolish Heart
4. Lions, Tigers, & Bears
5. Call Me Guilty
6. One Night Stand
7. After The Hurricane
8. Dream Big
9. Live A Lie
10. Fear
11. In Love With Another Man
12. Switch
13. Best Of Me


Review ini dimuat dalam www.creativedisc.com


Kanye West 808's & Heartbreak


Mendengarkan Kanye West di album ini bisa dikatakan, untuk pertama kalinya mendengarkan Kanye West lebih bernuansa melodius ketimbang ritmis. Namun bukan berarti bagi fans berat KW album ini terasa aneh. Setidaknya menurut saya album ini masih beatable mengingat gaya bernyanyi KW sendiri yang beatable krn pengulangan2 melodi secara ritmis. Album ini sangat memanjakan telinga kita pecinta musik dengan segala eksplorasinya. Sebagai seorang yang cukup disegani karena bakatnya dalam menulis lagu hip hop, KW tampaknya berusaha mengeksplorasi intelektual musikalnya dalam album ini. Rasanya album ini diluncurkan pada saat yang tepat, saat aliran musik mainstream sudah beralih lebih ke melodius ketimbang ritmis. KW menawarkan komposisi perpaduan ritmis yang menjadi ciri khasnya dengan bunyi-bunyian musik dengan sesuatu yang baru yaitu sisi melodiusnya KW dengan nyanyiannya serta kekuatan liriknya yang bercerita. Lagu-lagu yang ditawarkan menawarkan perpaduan antara R&B dengan sentuhan electro dan hip hop. Uniknya KW berhasil mengangkat ritme musik yang lebih klasik ala etnis Afrika dengan ritme electro yang lebih modern ala Eropa seperti yang terasa pada ‘Love Lockdown’. Komposisi yang menjadi pembuka dalam album ini adalah ‘Say You Will’ yang buat saya sangat kupinggenic tanpa terdengar standar karena ramuan bunyi yang menarik. Selain itu beberapa aransemen lain yang menjadi favorit saya adalah ‘Welcome To Heartbreak’, ‘Street Lights’, ‘RoboCop’, ‘Coldest Dream’. ‘RoboCop’ beraroma 80-an dengan perpaduan new age dengan sedikit sentuhan pop serta kekuatan R&B KW. Alunan komposisi strings dalam ‘Robocop’ sedikit mengingatkan pada single Madonna ‘Jesse’s Dream’. Sedangkan track lain yang menawarkan kekuatan rap KW adalah ‘Paranoid’, ‘Welcome to Heartbreak’. Dalam ‘Paranoid’ terasa racikan synthesizer yang belakangan menjadi trend kembali dalam scene dance music, agak mengingatkan pada Lady Gaga. ‘Coldest Winter’ sedikit bernuansa retro new age electro dance ala Depeche Mode tahun 80an.
Album 808’s and Heartbreaks ini dengan kekayaan nuansa bunyi dan komposisi yang melodius berhasil membuat saya mengalami love at a first hearing.

Track List:
1. Say You Will
2. Welcome To Heartbreak feat. Kid Cudi
3. Heartless
4. Amazing feat. Young Jeezy
5. Love Lockdown
6. Paranoid feat. Mr. Hudson
7. RoboCop
8. Street Lights
9. Bad News
10. See You In My Knightmares feat Lil Wayne
11. Coldest Winter
12. Pinocchio Story (Freestyle Live from Singapore)


JASON MRAZ ON JAVA JAZZ FESTIVAL



Pada Jumat, 6 Maret 2009 ini saya berkesempatan menyaksikan konser Jason Mraz yang diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian acara special show pada Java Jazz Festival. Sebuah kesempatan berharga dimana untuk event Java Jazz, Jason Mraz bersedia tampil dua kali yaitu pada Sabtu, 7 Maret 2009 juga karena tingginya permintaan menonton pertunjukkan Jason. Seperti diketahui tiket Jason Mraz pada show perdana, Jumat 6 Maret ini telah habis terjual hanya dalam tempo 2 minggu setelah penjualan tiket dibuka. Dan rupanya peminat pertunjukkan Jason Mraz ini juga datang dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang notabene lebih dulu disinggahinya dalam rangkaian promo tur album terbarunya, ‘We Sing, We Dance, We Steal Things’.

Dan memang menyaksikan pertunjukan JM ini, kita dapat menyaksikan bagaimana sebenarnya talenta seorang Jason Mraz.

Dibuka dengan penampilan Mike Idol menyanyikan Indonesia Raya menandakan tepat 18.45 dimulainya rangkaian penampilan Jason Mraz. Kemudian tepat pada pukul 18.51 Jason Mraz muncul dengan membawakan lagu Make It Mine dan dilanjutkan dengan The Remedy. Lewat komposisi The Remedy, JM mampu mempertunjukkan kemampuan nge-rap dengan melodinya yang mumpuni terutama dalam hal mencuri napas. Sesuatu yang memang telah menjadi karakternya yang kuat jika kita memperhatikan albumnya sejak ‘Waiting My Rocket To Come’ hingga album terbarunya.

Setelah itu serangkaian lagu diantarkan dengan tempo yang cukup cepat pada pergantian antar lagunya. Memang sedikit terasa seakan JM kurang komunikatif dengan penonton. Tetapi pada kenyataannya JM justru mampu berkomunikasi dengan penonton lewat emosi-emosi yang disampaikan melalui lagu-lagunya. Pada komposisi ‘You and I Both’, Jason dengan smart menyelipkan sampling ‘Wonderwall’ dari Oasis pada bagian bridge lagu. Pada ‘Lucky’ dibawakan secara manis berduet dengan Dira Yulianti, salah seorang penyanyi jazz langganan berduet dengan bintang2 jazz international di Java Jazz. Selain itu JM juga menampilkan lagu ‘The Dynamo Of Volition’.

Dengan penampilan solo trumpet atau solo petikan gitar dari Mraz, Mraz berhasil membangkitkan emosi seluruh penonton di arena konser. Nuansa latin pada ‘No Stopping Us’ atau ballad yang kuat seperti pada ‘A Beautiful Mess’ sukses membuat saya merinding. Dengan aransemen yang sederhana tetapi indah, dan penjiwaan yang kuat, JM berhasil memukau saya.

Komposisi menjadi ‘I’m Yours’ menjadi puncak penampilan JM malam itu. Sebuah momen yang sangat menyenangkan dimana penonton bernyanyi bersama JM dengan semangat yang tinggi. Tetapi yang menjadi penutup pertunjukan JM tersebut adalah jam session yang sangat memukau antara pemain saxophonenya dan dilanjutkan dengan penutup yang menawan, Butterfly.

Dalam pertunjukan kali ini dari sekitar 12 lagu yang dibawakan Mraz cukup merata antara lagu dari album pertama dan kedua, Mr. A-Z, meski porsi dari album ketiga tetap sedikit lebih besar.

JM dalam pergelarannya kali ini didukung oleh 7 orang musisi mulai dari perkusi, keyboard, bass, drum dan brass section yang terdiri dari trumpet, trombone dan saxophone. Saat penutup JM dengan cerdas membagikan foto-foto Polaroid dari musisi pendukungnya yang dipotret JM sendiri saat mereka sedang beraksi.

Memang menyaksikan konser Jason Mraz ini seperti menyaksikan sebuah pertunjukkan sebuah komposisi pop yang diramu dengan berbagai genre musik seperti latin, rock, hawaiian, reggae, jazzy tunes dan rap dalam sebuah resep yang pas. Jason Mraz dengan kekayaan lagu-lagunya, musik yang cerdas, lirik yang komunikatif dan improvisasi yang brillian berhasil menyuguhkan pertunjukkan yang memikat. Sederhana sekaligus sophisticated.

Review ini dimuat di www.creativedisc.com.



PS: terima kasih pada panitia JJF yang sigap menangani kecelakaan pada salah satu kontributor Rio Ichsan.
Photo by: Joe Ari Darius Shasta






LEON JACKSON - RIGHT NOW




Leon Jackson pemenang X-Factor tahun 2007 ini menurut saya memiliki warna suara yang lebih menonjol dibandingkan Michael Buble yang lebih dulu punya nama besar. Album ini memang bisa dibilang punya nuansa yang mirip dengan genrenya Buble, pop adult contemporary, jazz. Sangat kupinggenic, cepat akrab di telinga dan mudah dicerna.
Mungkin kelebihan Leon lainnya adalah ia mampu memberikan alternative di tengah-tengah monopoli dan dominasi Buble setelah Harry Connick, Jr lebih masuk ke dalam genre jazz yang kental. Komposisi pada album ini sebagian besar diisi dengan musik orkestrasi dan big band. Ada banyak warna yang ditawarkan oleh Leon dalam album ini. Terasa sekali nuansa retro eklektiknya. Pada single pertama album ini, ‘Don’t Call This Love’, terasa sekali pop adult contemporarynya. Begitu juga pada komposisi ‘Stargazing’, ‘You Don’t Know Me’, ‘Ordinary Days’, ‘A Song For You’, ‘Fingerprints’. Sedangkan pada komposisi ‘Creative’, Leon mencoba bermain-main dengan irama sway. Sedangkan nuansa pop jazz terasa pada komposisi ‘All In Good Time’, ‘Right Now’ yang berwarna ceria dengan tempo upbeat, ‘Could Do Better’ yang bertempo middle. Pada ‘Misty Blue’, Leon mencoba menambahkan sentuhan blues dengan solo petikan gitar dan bass pada bagian awal lagu. Lagu ini salah satu favorit saya. Minimalis tetapi menyentuh secara melodi maupun lirik. Sedangkan sentuhan nuansa folk ringan terdengar pada komposisi ‘Caledonia’. Secara keseluruhan album “Right Now” ini layak untuk menjadi koleksi. Komposisi musik yang ditawarkan Leon Jackson pasti akan membuat telinga serasa dimanja dalam keindahan yang melodius.

Tracklist:
1. Don’t Call This Love
2. Creative
3. Stargazing
4. All In Good Time
5. Right Now
6. You Don’t Know Me
7. Ordinary Days
8. A Song For You
9. Finger Prints
10. Could Do Better
11. Misty Blue
12. Caledonia
13. When you Believe

SOLANGE - SOL-ANGEL AND THE HADLEY ST. DREAMS


Solange dengan bakatnya, memang agak sulit keluar dari bayang-bayang sang kakak Beyonce Knowles. Album kedua Solange ini sebenarnya merupakan bukti bahwa Solange memang berbakat. Ia sama seperti Beyonce, menulis sebelas dari 12 lagu di album keduanya ini. Judul album ini diambil dari nama jalan tempat Matthew Knowles dulu di Houston ingin mendirikan studio musik. Warna musik Solange dalam album ini memang terkesan retro. Sepintas mengingatkan pada Robin Thicke. Setidaknya Solange membawa aroma baru dibandingkan penyanyi-penyanyi wanita kulit hitam lainnya saat ini yang cenderung mengusung hip-hop R&B. Bahkan sebenarnya album Solange ini lebih dipuji oleh banyak kritikus musik lebih bergizi ketimbang album Beyonce yang terbaru. Kalau dinikmati keseluruhan memang ada aroma Motown di beberapa komposisi di album ini. Ternyata Mark Ronson juga ikut memberikan sentuhannya dalam komposisi ‘6 O'clock Blues’. Tapi juga ada sentuhan classic disco ala akhir 70an misalnya pada komposisi ‘T.O.N.Y.’, ‘I Decided’ dan ‘Dancing in the Dark’. Yang membuat Solange terasa segar dan lebih modern adalah sentuhan electro seperti pada komposisi Cosmic Journey dan The Bird. Pada dua komposisi ini Solange berhasil menggabungkan antara genre soul R&B yang kental nuansa black dengan electro yang lebih white. Meski masih terkesan hanya berupa tempelan. Tapi setidaknya apa yang dikerjakan Solange adalah sebuah pencapaian yang ternyata diikuti lebih mendalam oleh Kanye West dalam album terbarunya. Beberapa komposisi lain yang juga menonjol adalah ‘Sandcastle Disco’ yang nikmat untuk bergoyang, ‘I Decided’ yang sering ditayangkan di radio-radio, atau ‘Ode To Marvin’ yang liriknya punya muatan kritik sosial. Coba perhatikan lirik ‘Ode To Marvin’

Street lights twilights there's a liquor store by his playground
It's raining a cash flow
but it sits well at home
It's a hustle now a mother
use to hustle to a different tune
There's a midnight thrilling
and oh the traffic's heavy burning light
Don't slow you down he thinks trouble fulfilling


Secara keseluruhan album ini beraroma riang sangat kupinggenic, cepat akrab di telinga dan mudah untuk dinikmati. Layak untuk dijadikan koleksi.

Track List:
1. God Given Name
2. T.O.N.Y.
3. Dancing in the Dark
4. Would've Been the One
5. Sandcastle Disco
6. I Decided, Part 1
7. Valentine's Day
8. 6 O'clock Blues
9. Ode to Marvin
10. I Told You So
11. Cosmic Journey
12. This Bird
13. I Decided, Part 2


ADELE - 19

Image and video hosting by TinyPic


Pertama kali mendengar Adele adalah saat Channel V menayangkan videoklip yang berjudul Chasing Pavement. Saat itu kesannya seperti mendengarkan salah satu yang mirip dengan Amy Winehouse, karena warna suara yang sedikit serak itu. Tapi mendengarkan keseluruhan lagu di album ini barulah kita bisa melihat perbedaan yang sedemikian jauh dengan Amy Winehouse. Adele menawarkan sebuah musik yang tenang laksana kita sedang menikmati dessert dengan sentuhan kejutan di beberapa bagian. Pada lagu Daydreamer, First Love, Best for Last terasa sekali rasa folk yang menghanyutkan. Sederhana tapi menyentuh. Sedangkan Chasing Pavement, yang ditulisnya setelah keributan dengan mantan kekasih Adele, membawa kita pada nuansa ballad yang mengingatkan akan kegetiran cinta tapi tetap tidak terkesan cengeng. Satu lagu yang sederhana tetapi kuat secara emosional adalah Make You Feel my Love. Mendengarkan Adele membawakan lagu ini akan membuat kita merasa ada ikatan emosional dengan apa yang dinyanyikan Adele.
Lewat Crazy for You, Adele menawarkan warna soul dan blues yang sedikit kuat. Sedangkan Melt my Heart to Stone akan membawa kita pada nuansa retro dengan warna musik big band yang mengiringi.
Beberapa lagu2 yang middle upbeat tempo seperti Cold Shoulder, My Same, Tired dan Right as Rain, Adele membuktikan kalau ia bukan hanya penyanyi yang bisa membawakan musik2 slow.
Hometown Glory akan membuat kita terpesona pada kemegahan musik dan pesona Adele yang membius dalam lagu bernuansa pop ballada yang kuat.



VideoPlaylist
I made this video playlist at myflashfetish.com

Kamis, 23 Juli 2009

My Music Review

Blog ini buat review2 music gw baik yg dimuat di www.creativedisc.com maupun yang gw tulis personal. Juga buat opini gw tentang dunia musik. Mudah2an sih pada suka.

Minggu, 10 Mei 2009

Safer - Gabriella Cilmi

That Someone Far From Home Said To Me
I Can Tell, Luck Has Run Dry,
What Do You See?

The Sky Above’s Kind Of Brocken And Torn
And Every Rose Plucked From My Hearts
Twisted With Thorns


And Just When I Think I’m On Top
I Wonder How I’ll Get Back Down

And Just Then The Moment Is Lost,
I Stumble And I Hit The Ground


And I Just Wanna Feel A Little Safer,
Yeah I’m On My Knees

And I Don’t Wanna Deal With All This Later,
The Pain I Just Can’t Take

And I Just Wanna Feel A Little Safer,
Yeah I’m On My Knees

And I Don’t Wanna Deal With All This Later,
Just Drifting On The Breeze


That Someone In My Head Said To Me, I Can Tell
Deep In Your Heart You’ll Find What You Need
Wasted Time Building Castles With Sand
When Everynight
I’ll Watch Them Fall And Slip Through My Hands


And Just When I Think I’m On Top
I Wonder How I’ll Get Back Down

And Just Then The Moment Is Lost,
I Stumble And I Hit The Ground


And I Just Wanna Feel A Little Safer,
Yeah I’m On My Knees

And I Don’t Wanna Deal With All This Later,
The Pain I Just Can’t Take

And I Just Wanna Feel A Little Safer,
Yeah I’m On My Knees

And I Don’t Wanna Deal With All This Later,
Just Drifting On The Breeze

I'm Scared - Duffy

The blank pages of my diary
That I haven't touched since you left me
The closed blinds in my home see no light of day
Dust gathers on my stereo
Cos I can't bare to hear the radio
The piano sits in a shaded space with a picture of your face

I'm scared to face another day
Cos the fear in me just won't go away
In an instant you were gone
And I'm scared

Coffee stains on your favorite book
Remind me of you so I can't take a look
The magazines you left on the floor
You won't need them anymore

A towel left hangin on the wall
No sign of wet foosteps in the hall
There's no smell of your sweet cologne
I'm lying here alone

I'm scared to face another day
Cos the fear in me just won't go away
In an instant you were gone
And now I'm scared

I'm scared to face another day
Cos the fear in me just won't go away
In an instant you were gone
Now I'm scared
In an instant you were gone
And I'm scared


Review Album: Let The Truth Be Told - Laura Izibor


Laura Izibor meski masih berusia 22 tahun, bukanlah orang baru dalam kancah musik international. Alunan suaranya pernah mengisi soundtrack dari serial Grey’s Anatomy, Ghost Whisperer, serta film seperti Nanny Diaries, Step Up 2, Seven Pounds dan P.S. I Love You. Laura juga pernah menjadi artis pembuka untuk konser Aretha Franklin, Estelle dan John Legend. Cukup mengesankan bukan?
Sepintas memang aroma Laura Izibor mengingatkan pada Alicia Keys, dengan timbre yang sedikit mirip. Apalagi keduanya sama-sama pemain piano. Tetapi Laura memang lebih kental dengan Soul ketimbang Alicia.
Meski telah merilis single seperti ‘From My Heart to Yours’ dan ‘Mmm…’ di tahun 2008, Laura sendiri baru merilis debut albumnya bulan Mei ini. Dan kedua komposisi tersebut juga dimasukan dalam album perdanannya ini. Album ini sendiri memakan proses selama 4 tahun. Laura mulai mengerjakan albumnya sejak ia berusia 17 tahun. Rekamannya sendiri berlangsung di 4 kota, New York, Philadelphia, Atlanta, dan Dublin.
Dibuka dengan ‘Shine’ sebagai komposisi intro yang bernuansa ceria. Tembang ini cocok untuk kita membangkitkan semangat kita dalam memulai hari. Perhatikan liriknya yang indah.

Well let the sun shine on your face.
And don’t let your life go to waste
Now is the time, got to make up your mind
Let it shine on you, let it shine on you

Album perdana Laura ini sangat kental dengan nuansa soul pop dan sedikit jazzy serta bluesy. Komposisi ‘Don’t Stay’ yang rencananya menjadi single kedua setelah ‘Shine’ juga memiliki lirik yang dalam didukung dengan komposisi melodi yang mid tempo dalam beat dengan iringan organ. Tembang ‘Don’t Stay’ ini seakan ingin mendeklarasikan kemandirian seorang wanita dalam hal cinta.

Don’t stay, if you don’t wanna stay
Baby I’ll be okay, believe me
when I say I’ma be alright
Don’t stay, if you don’t wanna stay
Baby I’ll be okay, believe me
when I say I’ma be alright

Seandainya diminta untuk memilih komposisi mana yang menjadi favorit saya, saya pasti akan kesulitan. Hampir semua lagu di album ini saya favoritkan. Saya jatuh cinta pada pendengaran pertama dengan Laura Izibor sejak pertama kali mendengarkan lantunan suaranya di radio. Laura memiliki koleksi komposisi yang beragam dari slow, mid tempo hingga up beat, membuat album ini terasa begitu dinamis untuk didengarkan. Dengan lirik-lirik cinta yang bittersweet membuat album ini terasa begitu istimewa. Hal ini disebabkan Laura sendiri yang turun tangan menciptakan dan membantu memproduseri semua komposisi itu.


Track List:
1. Shine
2. Don’t Stay
3. If Tonight Is My Last
4. What Would You Do
5. From My Heart To Yours
6. Perfect World
7. The Worst Is Over
8. Yes (I’ll Be Your Baby)
9. I Don’t Want You Back
10. Mmm…



Minggu, 26 April 2009

Review Album: Renee Olstead - Skylark


Pada tanggal 18 Juni nanti Renee Olstead baru akan berusia 20 tahun. Namun dalam usia semuda itu, ia telah matang dengan pilihan musik yang diusungnya, jazz kontemporer yang terkadang kental dengan blues atau balada yang bernafas bossanova.
'Skylark' sebenarnya album major kedua Olstead, yang dikerjakan sembilan hari setelah ia berulang tahun ke-17. Namun album ini baru dirilis pada akhir Januari lalu. Album ini berisi 13 komposisi lagu jazz pop yang masih diproduseri oleh duet Humberto Gatica dan David Foster.
Saya benar-benar kagum dengan album ini dan sedikit sulit menemukan cacat celanya, karena Olstead, Gatica serta Foster menampilkan berbagai komposisi jazz yang eklektik dengan materi yang kaya. Dibuka dengan ‘Midnight Man’ yang bergaya swing, seolah-olah Olstead membuktikan jika usia muda tidak menghalangi dirinya untuk membuat sebuah aransemen musik dan vokal yang gemilang. Lagunya terasa megah dan antemik. Secara umum, 'Skylark' menampilkan trek-trek yang memukau. Terasa sekali jika Olstead berusaha agar albumnya ini juga mencoba merengkuh pangsa pasar yang lebih luas, karena ia memasukkan aransemen-aransemen yang pop-ish di berbagai lagunya. Hanya saja unsur pop-ish tersebut tidak mendominasi atmosfir album secara keleseluruhan.
Secara keseluruhan, dari 13 lagu dalam album ini, hanya ada empat yang merupakan trek asli olahan Olstead dan juga Foster, yaitu trek pertama, ‘Midnight Man’, juga ada ‘Nothing But The Blame’, ‘Hold Me Now’ dan juga ‘Midnight In Austin Texas’. Sisanya, sembilan lagu lagi, adalah hasil interprestasi Olstead terhadap tembang-tembang jazz klasik. ‘Skylark’sendiri yang dipakai sebagai judul album adalah sebuah single lawas. alasan penggunaan lagu tersebut adalah dikarenakan bagi Olstead mempunyai makna tersendiri, sehingga ia menyanyikan dengan penuh penghayatan

Olstead lewat komposisi ‘Nothing But The Blame’ terasa lebih black dan bervariasi dalam eksplorasi vokalnya. Pada trek kedua, Olstead membawakan lagu jazz klasik nan melankolis, ‘Lover Man’ yang dipopulerkan Billie Holiday. Selain itu ia juga membawakan ‘Ain’t We Got Fun’ yang bertempo up beat, dengan sebuah komposisi lirik yang sering dikutip dalam karya-karya sastra penulis Amerika. Sebuah komposisi R&B yang dipopulerkan Ray Charles, ‘Hit The Road Jack’, menjadi pembuktian kemampuan cengkok Olstead yang versatile membawakan lagu yang lebih kental nuansa R&B dan Soul-nya. Komposisi ini segera menjadi favorit saya untuk bergoyang. ‘When I Fall In Love’ yang sudah sering dibawakan ulang oleh penyanyi lain, juga menjadi pilihan Olstead dalam album ini berduet dengan trumpeter, Chris Botti. Untunglah alunan solo trumpet Chris Botti yang mendayu di bagian bridge, dan beberapa bar serta outro menyelamatkan lagu ini hingga terasa sangat dreamy dan romantis, berbeda dari versi-versi lainnya.
Komposisi lain yang juga kupinggenic adalah ‘My Baby Just Cares For Me’, yang dipopulerkan oleh Nina Simone ini, juga sering digunakan di dalam film. Olstead membawakannya dalam nuansa swing yang sedap untuk bergoyang. Sementara pada komposisi ‘Stars Fell On Alabama’ bagian intronya sedikit mengingatkan pada ‘Ain’t No Other Man’-nya Christina Aguilera. Pada album ini Olstead juga berkolaborasi dengan Robert Randolph, soul blues funk pedal steel guitarist. Komposisi ini vocal Renee terasa sangat kental nuansa soulnya. Sedap sekali untuk bergoyang.
Berbicara penghayatan, secara umum Olstead memberikan yang terbaik untuk album ini, sehingga penundaan beberapa tahun sangatlah pantas. Karena Olstead memberikan pembuktian yang gemilang akan eksistensinya sebagai seorang penyanyi jazz yang kredibel membuat album ini memang layak untuk dikoleksi.

Track List:
1. Midnight Man
2. Lover Man
3. Stars Fell On Alabama
4. My Baby Just Cares For Me
5. When I Fall In Love (ft. Chris Botti)
6. Thanks For The Boogie Ride
7. Hold Me Now
8. Skylark
9. Midnight In Austin Texas (ft. Robert Randolph)
10. Hit The Road Jack
11. You've Changed
12. Ain't We Got Fun
13. Nothing But The Blame

PS: thanks to Kyle

Review Album: Metro Station - Metro Station


Metro Station merupakan band yang diprakarsai oleh Trace Cyrus bersama Mason Musso. Keduanya merupakan keluarga dari dua bintang di Hanna Montana, Miley Cyrus dan Mitchel Musso. Album ini sebenarnya telah dirilis sejak 2007, hanya saja di Indonesia dan Asia nampaknya baru mulai bersinar sejak akhir 2008 dengan single mereka ‘Shake It’ yang nikmat sekali untuk bergoyang. Mengusung gaya musik eklektik dari pop, rock dan electro, band ini sedikit mengingatkan pada perpaduan antara Fall Out Boy dan Depeche Mode. Menarik bukan? Mungkin juga agak sedikit mengingatkan pada Cobra Starship. Album ini diproduseri oleh S*A*M aka Sam Hollander yang pernah menangani Gym Class Heroes, Cobra Starship, Blake Lewis, dll. Saat mendengarkan ‘Shake It’ di radio saya langsung jatuh cinta pada pendengaran pertama. Lagunya sangat kupinggenic, cepat akrab di telinga dan mudah dicerna. Beat-beat electro dengan sentuhan vokal yang ngerock dari Mason Musso memberikan angin segar setelah jenuh dengan gaya rock dari FOB yang mulai terasa out of date. Apalagi liriknya yang terdengar sedikit menggoda, coba perhatikan.

I'll take you home
if you don't leave me at the front door

Your body's cold, but girl we're getting so warm
And I was thinking of ways that I could get inside
Tonight you're falling in love (let me go now)

This feeling's stirring me up (here we go now)


Now if she does it like this, will you do it like that

Now if she touches like this, will you touch her right back
Now if she moves like this, will you move it like that
(come on)


Beberapa komposisi yang langsung menjadi favorit saya selain ‘Shake It’ adalah ‘Wish We Were Older’, ‘Kelsey’, ‘True To Me’ dan ‘Now That We’re Done’. Mungkin untuk mereka yang kurang menyukai genre seperti ini akan terasa monoton, tapi buat saya warna musik mereka yang lebih banyak upbeat justru mampu mengangkat mood kita dalam mengawali hari. Tapi bukan berarti tidak ada komposisi yang lebih down/mid tempo. Komposisi ‘Seventeen Again’ dan ‘Kelsey’, yang diproduseri Joshua Cain, dibawakan dalam dua versi, electro dan akustik. Mana yang lebih sedap di telinga? Menurut saya keduanya sama sedapnya di telinga, karena rasa yang ditawarkan berbeda. Sejauh ini single ‘Shake It’ memang sukses mengangkat nama mereka ke permukaan. Bahkan single tersebut menjadi favorit dalam Australian Kids Choice Awards 2008.

Track List:
1. Seventeen Forever
2. Control
3. Kelsey
4. Shake It
5. Wish We Were Older
6. Now That We're Done
7. True to Me
8. Tell Me What to Do
9. California
10. Disco
11. Seventeen Again – Acoustic Version
12. Kelsey – Acoustic Version
13. Shake It – Lenny B. Remix

PS: thanks to Dhina & Kyle