Jumat, 31 Juli 2009

THE IMPOSSIBLE DREAM

Masih teringat saat pertama tulisan gw dimuat di sebuah harian lokal Warta Kota, waktu itu WK baru terbit dan masih berformat mirip Kompas bukan seperti sekarang. Tulisan berjudul 'Masih Perlukah Ruang Tamu?' masih terbingkai dengan manis di sudut kamar gw. Rasanya seperti mau meledak begitu ditelepon oleh redakturnya diminta untuk mengirimkan naskah aselinya. Nggak nyangka aja bisa. Sepanjang hari itu muka gw rasanya tersenyum terus. Nggak ada yg bisa ganggu kebahagiaan gw hari itu. Soalnya cuma berbekal membaca artikel2 yang ditulis Lynn Hirschberger dan almarhum Indra Safera dan gw langsung merasa, sepertinya gw bisa nulis dg gaya tulisan seperti mereka. Dan akhirnya gw membeli salah satu buku self-help tentang menulis gw lupa judulnya -buku itu sptnya sudah gw hibahkan ke salah satu fans gw, Anggi. Yang pasti buku itu karangan Andreas Harefa.

Kemudian gw mulai menulis artikel-artikel lainnya. Dimuat di Suara Pembaruan selama 2 minggu berturut2. Rasanya seperti mau meledak untuk kedua kalinya. Nggak kebayang aja baru pertama nulis dan kirim tulisan ttg fashion dan lifestyle, tahu-tahu dimuat di harian berskala nasional seperti itu. Hasil tulisan itu gw bisa jalan2 ke Wonosobo yang ternyata indah, awalnya gw meremehkan tempat itu pasti buruk krn daerah asal pembantu. Bok you should go there and stay in Temanggung. It's a breathtaking experience tinggal di apit 2 kaki gunung dengan pemandangan senilai jutaan dollar.

Kemudian mulai tulisan gw dimuat di tabloid interior, yang pertama di Rumah yang kedua di Home. Kemudian cerpen juga dimuat di Femina. Selanjutnya cerpen yang kedua di majalah Matra yang berjudul 'Penyakit Ire'.

Setelah itu keasyikan menulis di blog. Tapi karena tulisan gw di blog itulah gw bisa menjadi narasumber untuk koran Sindo, sebuah radio di Sulawesi, serta Hard Rock FM Bali. Berkat menulis di blog gw bisa menyambung hidup karena klien2 baru gw tahu kerjaan gw dari blog.

Berkat blog juga gw bisa berkolaborasi menulis untuk sebuah e-book Anthology. Thanks to Dillon and OOT gank and friends. Berkat blog juga gw bisa menulis untuk sebuah situs perusahaan Jepang. Many thanks to Dhina.

Sejak dulu gw juga pernah bermimpi untuk menjadi penulis musik. Dan mimpi itu tercapai berkat Ai yang mengenalkan kepada Welly, yang memuat tulisan2 gw secara rutin di creativedisc.com. Dan berkat mereka berdua, dua tulisan gw dimuat di majalah SoundUp edisi Juli ini. So lotta thanks to both Ai dan Welly. You both know my next destination really is. *dreaming still mode on*
Terima kasih juga buat Kyle, Dhina, dan Bobb Pinoy buat sharing lagu2nya.

Yah intinya sih kalau punya mimpi bukan nggak mungkin kok semuanya terjadi. Mungkin memang harus sabar dan keep believe in yourself. Tulisan pertama gw di tahun 2001 akhir, sekarang 2009 rasanya mimpi itu sebagian besar sudah menjadi kenyataan. One thing for sure make a plan and start to do it.

Last but not least thank God.

Mimpi berikutnya bisa nulis novel setebal 300 halaman dan punya buku kumpulan cerpen gw sendiri. Sebenarnya sih sudah ada beberapa terkumpul tapi kayaknya mesti butuh 30 cerpen lagi krn nanti kan disortir lagi mana yg layak dan tidak. Karena gw sendiri merasa cerpen gw gak semuanya bagus.

To dream the impossible dream
To fight the unbeatable foe
To bear with unbearable sorrow
And to run where the brave dare not go
To right the unrightable wrong
And to love pure and chaste from afar
To try when your arms are too weary
To reach the unreachable star
This is my quest
To follow that star
No matter how hopeless
No matter how far
The Impossible Dream - Luther Vandross

Minggu, 26 Juli 2009

JAZMINE SULLIVAN - FEARLESS



Mendengarkan Jazmine Sullivan bernyanyi seperti menggabungkan antara Alicia Keys, Eve, dengan Lauryn Hill. Pada single pertamanya Need You Bad terasa kental sentuhan reggaenya. Single yang diproduseri oleh dan juga berduet dengan Missy Elliott ini yang berhasil mencapai puncak Hot R&B/HipHop Billboard. Sementara pada single kedua Bust Your Windows terasa sekali nuansa retronya. Sedikit mengingatkan pada gaya Lauryn Hill. Pada singlenya yang kedua ini Jazmine dibantu oleh Salaam Remi yang membantu Amy Winehouse dalam album Back To Black. Dengan orkestrasi yang apik dipadu dengan vocal Jazmine yang khas dan sentuhan soul yang kental, single ini berhasil mencuri hati saya. Liriknya pun cukup catchy. Single ini terasa sekali nuansa Motown yang sempat kuat sepanjang 2007-2008 lalu. Single ketiga Lions, Tigers, & Bears juga terasa begitu kental dengan nuansa retro 60-70snya. Dalam single yang ditulis Jazmine dengan W. Mann ini disertakan sampling dari Salaam Remi Sheila’s Playground. Kekentalan nuansa retro 60-70s juga terasa pada track My Foolish Heart, One Night Stand, Live A Lie, In Love with Another Man, dan Switch. Tetapi yang membedakan Jazmine dengan Amy Winehouse dan Duffy adalah kekentalan R&B pada musik Jazmine. Apalagi Jazmine sukses memberikan sentuhan modern hiphop. Sentuhan itu sangat terasa pada komposisi seperti Call Me Guilty, After the Hurricane, Dream Big, Fear, Best Of Me. Mendengarkan album Fearless ini seperti mendengarkan sebuah perpustakaan musik hitam Amerika dengan rentang periode lebar yang disusun dengan apik. Sebuah album yang sangat artistik sehingga rasanya layak jika Jazmine berhasil menempatkan dirinya masuk dalam 5 nominasi Grammy tahun 2009 ini dalam kategori Best New Artist, Best Female R&B Vocal Performance, Best R&B Contemporary Album, Best R&B Song, dan Best Traditional R&B Vocal Performance.

Tracklist:
1. Bust Your Windows
2. Need You Bad
3. My Foolish Heart
4. Lions, Tigers, & Bears
5. Call Me Guilty
6. One Night Stand
7. After The Hurricane
8. Dream Big
9. Live A Lie
10. Fear
11. In Love With Another Man
12. Switch
13. Best Of Me


Review ini dimuat dalam www.creativedisc.com


Kanye West 808's & Heartbreak


Mendengarkan Kanye West di album ini bisa dikatakan, untuk pertama kalinya mendengarkan Kanye West lebih bernuansa melodius ketimbang ritmis. Namun bukan berarti bagi fans berat KW album ini terasa aneh. Setidaknya menurut saya album ini masih beatable mengingat gaya bernyanyi KW sendiri yang beatable krn pengulangan2 melodi secara ritmis. Album ini sangat memanjakan telinga kita pecinta musik dengan segala eksplorasinya. Sebagai seorang yang cukup disegani karena bakatnya dalam menulis lagu hip hop, KW tampaknya berusaha mengeksplorasi intelektual musikalnya dalam album ini. Rasanya album ini diluncurkan pada saat yang tepat, saat aliran musik mainstream sudah beralih lebih ke melodius ketimbang ritmis. KW menawarkan komposisi perpaduan ritmis yang menjadi ciri khasnya dengan bunyi-bunyian musik dengan sesuatu yang baru yaitu sisi melodiusnya KW dengan nyanyiannya serta kekuatan liriknya yang bercerita. Lagu-lagu yang ditawarkan menawarkan perpaduan antara R&B dengan sentuhan electro dan hip hop. Uniknya KW berhasil mengangkat ritme musik yang lebih klasik ala etnis Afrika dengan ritme electro yang lebih modern ala Eropa seperti yang terasa pada ‘Love Lockdown’. Komposisi yang menjadi pembuka dalam album ini adalah ‘Say You Will’ yang buat saya sangat kupinggenic tanpa terdengar standar karena ramuan bunyi yang menarik. Selain itu beberapa aransemen lain yang menjadi favorit saya adalah ‘Welcome To Heartbreak’, ‘Street Lights’, ‘RoboCop’, ‘Coldest Dream’. ‘RoboCop’ beraroma 80-an dengan perpaduan new age dengan sedikit sentuhan pop serta kekuatan R&B KW. Alunan komposisi strings dalam ‘Robocop’ sedikit mengingatkan pada single Madonna ‘Jesse’s Dream’. Sedangkan track lain yang menawarkan kekuatan rap KW adalah ‘Paranoid’, ‘Welcome to Heartbreak’. Dalam ‘Paranoid’ terasa racikan synthesizer yang belakangan menjadi trend kembali dalam scene dance music, agak mengingatkan pada Lady Gaga. ‘Coldest Winter’ sedikit bernuansa retro new age electro dance ala Depeche Mode tahun 80an.
Album 808’s and Heartbreaks ini dengan kekayaan nuansa bunyi dan komposisi yang melodius berhasil membuat saya mengalami love at a first hearing.

Track List:
1. Say You Will
2. Welcome To Heartbreak feat. Kid Cudi
3. Heartless
4. Amazing feat. Young Jeezy
5. Love Lockdown
6. Paranoid feat. Mr. Hudson
7. RoboCop
8. Street Lights
9. Bad News
10. See You In My Knightmares feat Lil Wayne
11. Coldest Winter
12. Pinocchio Story (Freestyle Live from Singapore)


JASON MRAZ ON JAVA JAZZ FESTIVAL



Pada Jumat, 6 Maret 2009 ini saya berkesempatan menyaksikan konser Jason Mraz yang diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian acara special show pada Java Jazz Festival. Sebuah kesempatan berharga dimana untuk event Java Jazz, Jason Mraz bersedia tampil dua kali yaitu pada Sabtu, 7 Maret 2009 juga karena tingginya permintaan menonton pertunjukkan Jason. Seperti diketahui tiket Jason Mraz pada show perdana, Jumat 6 Maret ini telah habis terjual hanya dalam tempo 2 minggu setelah penjualan tiket dibuka. Dan rupanya peminat pertunjukkan Jason Mraz ini juga datang dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang notabene lebih dulu disinggahinya dalam rangkaian promo tur album terbarunya, ‘We Sing, We Dance, We Steal Things’.

Dan memang menyaksikan pertunjukan JM ini, kita dapat menyaksikan bagaimana sebenarnya talenta seorang Jason Mraz.

Dibuka dengan penampilan Mike Idol menyanyikan Indonesia Raya menandakan tepat 18.45 dimulainya rangkaian penampilan Jason Mraz. Kemudian tepat pada pukul 18.51 Jason Mraz muncul dengan membawakan lagu Make It Mine dan dilanjutkan dengan The Remedy. Lewat komposisi The Remedy, JM mampu mempertunjukkan kemampuan nge-rap dengan melodinya yang mumpuni terutama dalam hal mencuri napas. Sesuatu yang memang telah menjadi karakternya yang kuat jika kita memperhatikan albumnya sejak ‘Waiting My Rocket To Come’ hingga album terbarunya.

Setelah itu serangkaian lagu diantarkan dengan tempo yang cukup cepat pada pergantian antar lagunya. Memang sedikit terasa seakan JM kurang komunikatif dengan penonton. Tetapi pada kenyataannya JM justru mampu berkomunikasi dengan penonton lewat emosi-emosi yang disampaikan melalui lagu-lagunya. Pada komposisi ‘You and I Both’, Jason dengan smart menyelipkan sampling ‘Wonderwall’ dari Oasis pada bagian bridge lagu. Pada ‘Lucky’ dibawakan secara manis berduet dengan Dira Yulianti, salah seorang penyanyi jazz langganan berduet dengan bintang2 jazz international di Java Jazz. Selain itu JM juga menampilkan lagu ‘The Dynamo Of Volition’.

Dengan penampilan solo trumpet atau solo petikan gitar dari Mraz, Mraz berhasil membangkitkan emosi seluruh penonton di arena konser. Nuansa latin pada ‘No Stopping Us’ atau ballad yang kuat seperti pada ‘A Beautiful Mess’ sukses membuat saya merinding. Dengan aransemen yang sederhana tetapi indah, dan penjiwaan yang kuat, JM berhasil memukau saya.

Komposisi menjadi ‘I’m Yours’ menjadi puncak penampilan JM malam itu. Sebuah momen yang sangat menyenangkan dimana penonton bernyanyi bersama JM dengan semangat yang tinggi. Tetapi yang menjadi penutup pertunjukan JM tersebut adalah jam session yang sangat memukau antara pemain saxophonenya dan dilanjutkan dengan penutup yang menawan, Butterfly.

Dalam pertunjukan kali ini dari sekitar 12 lagu yang dibawakan Mraz cukup merata antara lagu dari album pertama dan kedua, Mr. A-Z, meski porsi dari album ketiga tetap sedikit lebih besar.

JM dalam pergelarannya kali ini didukung oleh 7 orang musisi mulai dari perkusi, keyboard, bass, drum dan brass section yang terdiri dari trumpet, trombone dan saxophone. Saat penutup JM dengan cerdas membagikan foto-foto Polaroid dari musisi pendukungnya yang dipotret JM sendiri saat mereka sedang beraksi.

Memang menyaksikan konser Jason Mraz ini seperti menyaksikan sebuah pertunjukkan sebuah komposisi pop yang diramu dengan berbagai genre musik seperti latin, rock, hawaiian, reggae, jazzy tunes dan rap dalam sebuah resep yang pas. Jason Mraz dengan kekayaan lagu-lagunya, musik yang cerdas, lirik yang komunikatif dan improvisasi yang brillian berhasil menyuguhkan pertunjukkan yang memikat. Sederhana sekaligus sophisticated.

Review ini dimuat di www.creativedisc.com.



PS: terima kasih pada panitia JJF yang sigap menangani kecelakaan pada salah satu kontributor Rio Ichsan.
Photo by: Joe Ari Darius Shasta






LEON JACKSON - RIGHT NOW




Leon Jackson pemenang X-Factor tahun 2007 ini menurut saya memiliki warna suara yang lebih menonjol dibandingkan Michael Buble yang lebih dulu punya nama besar. Album ini memang bisa dibilang punya nuansa yang mirip dengan genrenya Buble, pop adult contemporary, jazz. Sangat kupinggenic, cepat akrab di telinga dan mudah dicerna.
Mungkin kelebihan Leon lainnya adalah ia mampu memberikan alternative di tengah-tengah monopoli dan dominasi Buble setelah Harry Connick, Jr lebih masuk ke dalam genre jazz yang kental. Komposisi pada album ini sebagian besar diisi dengan musik orkestrasi dan big band. Ada banyak warna yang ditawarkan oleh Leon dalam album ini. Terasa sekali nuansa retro eklektiknya. Pada single pertama album ini, ‘Don’t Call This Love’, terasa sekali pop adult contemporarynya. Begitu juga pada komposisi ‘Stargazing’, ‘You Don’t Know Me’, ‘Ordinary Days’, ‘A Song For You’, ‘Fingerprints’. Sedangkan pada komposisi ‘Creative’, Leon mencoba bermain-main dengan irama sway. Sedangkan nuansa pop jazz terasa pada komposisi ‘All In Good Time’, ‘Right Now’ yang berwarna ceria dengan tempo upbeat, ‘Could Do Better’ yang bertempo middle. Pada ‘Misty Blue’, Leon mencoba menambahkan sentuhan blues dengan solo petikan gitar dan bass pada bagian awal lagu. Lagu ini salah satu favorit saya. Minimalis tetapi menyentuh secara melodi maupun lirik. Sedangkan sentuhan nuansa folk ringan terdengar pada komposisi ‘Caledonia’. Secara keseluruhan album “Right Now” ini layak untuk menjadi koleksi. Komposisi musik yang ditawarkan Leon Jackson pasti akan membuat telinga serasa dimanja dalam keindahan yang melodius.

Tracklist:
1. Don’t Call This Love
2. Creative
3. Stargazing
4. All In Good Time
5. Right Now
6. You Don’t Know Me
7. Ordinary Days
8. A Song For You
9. Finger Prints
10. Could Do Better
11. Misty Blue
12. Caledonia
13. When you Believe

SOLANGE - SOL-ANGEL AND THE HADLEY ST. DREAMS


Solange dengan bakatnya, memang agak sulit keluar dari bayang-bayang sang kakak Beyonce Knowles. Album kedua Solange ini sebenarnya merupakan bukti bahwa Solange memang berbakat. Ia sama seperti Beyonce, menulis sebelas dari 12 lagu di album keduanya ini. Judul album ini diambil dari nama jalan tempat Matthew Knowles dulu di Houston ingin mendirikan studio musik. Warna musik Solange dalam album ini memang terkesan retro. Sepintas mengingatkan pada Robin Thicke. Setidaknya Solange membawa aroma baru dibandingkan penyanyi-penyanyi wanita kulit hitam lainnya saat ini yang cenderung mengusung hip-hop R&B. Bahkan sebenarnya album Solange ini lebih dipuji oleh banyak kritikus musik lebih bergizi ketimbang album Beyonce yang terbaru. Kalau dinikmati keseluruhan memang ada aroma Motown di beberapa komposisi di album ini. Ternyata Mark Ronson juga ikut memberikan sentuhannya dalam komposisi ‘6 O'clock Blues’. Tapi juga ada sentuhan classic disco ala akhir 70an misalnya pada komposisi ‘T.O.N.Y.’, ‘I Decided’ dan ‘Dancing in the Dark’. Yang membuat Solange terasa segar dan lebih modern adalah sentuhan electro seperti pada komposisi Cosmic Journey dan The Bird. Pada dua komposisi ini Solange berhasil menggabungkan antara genre soul R&B yang kental nuansa black dengan electro yang lebih white. Meski masih terkesan hanya berupa tempelan. Tapi setidaknya apa yang dikerjakan Solange adalah sebuah pencapaian yang ternyata diikuti lebih mendalam oleh Kanye West dalam album terbarunya. Beberapa komposisi lain yang juga menonjol adalah ‘Sandcastle Disco’ yang nikmat untuk bergoyang, ‘I Decided’ yang sering ditayangkan di radio-radio, atau ‘Ode To Marvin’ yang liriknya punya muatan kritik sosial. Coba perhatikan lirik ‘Ode To Marvin’

Street lights twilights there's a liquor store by his playground
It's raining a cash flow
but it sits well at home
It's a hustle now a mother
use to hustle to a different tune
There's a midnight thrilling
and oh the traffic's heavy burning light
Don't slow you down he thinks trouble fulfilling


Secara keseluruhan album ini beraroma riang sangat kupinggenic, cepat akrab di telinga dan mudah untuk dinikmati. Layak untuk dijadikan koleksi.

Track List:
1. God Given Name
2. T.O.N.Y.
3. Dancing in the Dark
4. Would've Been the One
5. Sandcastle Disco
6. I Decided, Part 1
7. Valentine's Day
8. 6 O'clock Blues
9. Ode to Marvin
10. I Told You So
11. Cosmic Journey
12. This Bird
13. I Decided, Part 2


ADELE - 19

Image and video hosting by TinyPic


Pertama kali mendengar Adele adalah saat Channel V menayangkan videoklip yang berjudul Chasing Pavement. Saat itu kesannya seperti mendengarkan salah satu yang mirip dengan Amy Winehouse, karena warna suara yang sedikit serak itu. Tapi mendengarkan keseluruhan lagu di album ini barulah kita bisa melihat perbedaan yang sedemikian jauh dengan Amy Winehouse. Adele menawarkan sebuah musik yang tenang laksana kita sedang menikmati dessert dengan sentuhan kejutan di beberapa bagian. Pada lagu Daydreamer, First Love, Best for Last terasa sekali rasa folk yang menghanyutkan. Sederhana tapi menyentuh. Sedangkan Chasing Pavement, yang ditulisnya setelah keributan dengan mantan kekasih Adele, membawa kita pada nuansa ballad yang mengingatkan akan kegetiran cinta tapi tetap tidak terkesan cengeng. Satu lagu yang sederhana tetapi kuat secara emosional adalah Make You Feel my Love. Mendengarkan Adele membawakan lagu ini akan membuat kita merasa ada ikatan emosional dengan apa yang dinyanyikan Adele.
Lewat Crazy for You, Adele menawarkan warna soul dan blues yang sedikit kuat. Sedangkan Melt my Heart to Stone akan membawa kita pada nuansa retro dengan warna musik big band yang mengiringi.
Beberapa lagu2 yang middle upbeat tempo seperti Cold Shoulder, My Same, Tired dan Right as Rain, Adele membuktikan kalau ia bukan hanya penyanyi yang bisa membawakan musik2 slow.
Hometown Glory akan membuat kita terpesona pada kemegahan musik dan pesona Adele yang membius dalam lagu bernuansa pop ballada yang kuat.



VideoPlaylist
I made this video playlist at myflashfetish.com

Kamis, 23 Juli 2009

My Music Review

Blog ini buat review2 music gw baik yg dimuat di www.creativedisc.com maupun yang gw tulis personal. Juga buat opini gw tentang dunia musik. Mudah2an sih pada suka.