Senin, 21 September 2009

BAND = COMPANY?

Gw adalah salah satu yg pertama pembenci Sugababes. Menurut gw cuma pengekor dari Spice Girls. Sampai akhirnya kemakan omongan sendiri. Gara2 single perdananya yg gw benci banget, Overload. Eh malah Round Round jadi cacing otak dan nyantol aja gitu tuh lagu di otak gw. Mulai deh dari situ hati gw terbuka terhadap Sugababes. Eh terus jatuh cinta deh sama lagu2 lainnya. Dan malah mereka bertahan lebih lama dari Spice Girls, dengan sejumlah album yang jelas-jelas dua kali lebih banyak dari Spice Girls. Sugababes jelas-jelas lebih produktif. Meski mengalami pergantian personil sempat dua kali. Toh Sugababes terus melaju.
Mungkin jika dibandingkan Spice Girls penjualan album Sugababes memang tidak ada apa-apanya. Sugababes juga tidak terkenal di Amerika seperti halnya Spice Girls.

Tapi mengurus girlsband memang menurut gw nggak gampang. Let's face it ngurus rock band aja susah padahal itu terdiri dari cowok2. Mengurus boyband jauh lebih gampang. Mungkin karena cowok2 boysband tidak terlalu drama king macam rockstar. Jadi nggak heran kalau boyband biasanya lebih kompak dibandingkan rockband atau girlsband.
Nah kebayang kan kalo ngurus rockstar aja ribet kebayang dong gimana ribetnya ngurus cewek2 yg biasanya lebih drama queen. Kalo bukan karena ikatan emosi yang kuat bukan nggak mungkin girlsband lebih gampang hancur berantakan ketimbang tumbuh menjadi lebih solid macam Dixie Chicks. Dixie Chicks mungkin malah jauh lebih kuat dan solid karena masalah politik yang mereka hadapi.

Nah sekarang face it kalo personil awal dari Sugababes, Keisha Buchanan, mundur/dikeluarin dari Sugababes. Sudah tidak ada lagi personil awal sama sekali dari Sugababes. Mungkin kondisi ini bisa diibaratkan macam menonton sinetron Tersanjung, sejak season pertama dan season kesekian ratus itu tidak ada lagi tokoh2 yg di awal muncul. Sudah berubah semua dan tidak ada lagi tokoh2 di awal.

Begitu juga dengan kondisi Sugababes saat ini. Gw jadi mikir. Membuat band saat ini rasanya tidak bisa lagi hanya berdasarkan emosi dan selera musik yang playfull. You must treat it like a company. Ada personel yang membangkang, ganti saja cari yang lain yang lebih menurut dan haus ketenaran. Buat dia menurut pada konsep band dan musik yang kita inginkan. Selesai sudah. Emosi? Suruh mereka para personil band untuk mendalami musik dan liriknya sampai menemukan jiwa yang tepat dari lagu-lagu yang sudah dikonsep lebih segar dan baru. Semuanya harus seperti akting yang dari dalam hati dan jiwa. Bukan sekedar topeng. Kemas para personel itu dengan fashion termutakhir. Bikin videoclip yang oke dan breakingthrough. Selesai sudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar