Kamis, 15 Oktober 2009

CONCERT CLASSIC CHRISYE

Manakala mentari tua telah berpijar
Manakala bulan nan genit enggan tersenyum
Berkelap kelip tiada terbayang
Tersendat-sendat merayap dalam kegelapan

Seperempat jam menjelang pukul sembilan malam, suara Wisanggeni mulai mengalunkan ‘Lilin-Lilin Kecil’ setelah diawali oleh opening act oleh Twilite Orchestra. Dalam gemilang cahaya sosok mungil Wisanggeni sukses membuat aura Chrisye hadir dalam konser Classic Chrisye. Senin malam, 12 Oktober lalu Addie MS dan Twilite Orchestra menggelar konser musik Classic Chrisye sebagai apresiasi terhadap karya-karya Chrisye yang abadi.

Di atas panggung yang lebar dengan dekorasi yang bertema perpaduan antara motif art deco dengan sentuhan ala Jawa, konser kali ini terbagi atas tiga sesi. Sesi pertama putih atau kelahiran. Dalam sesi ini Wisanggeni, Memes, Sherina, Utha Likumahua berpakaian serba putih. Memes membawakan ‘Chopin Larung’ yang memorable dengan lumayan baik. Sementara Sherina-lah yang mencuri perhatian dengan kemampuan vokal serta interpretasinya yang memukau dalam mempresentasikan lagu ‘Merepih Alam’. Sayangnya Utha terdengar sedikit kewalahan dalam membawakan ‘Serasa’. Untuk seorang Utha penampilannya agak di bawah ekspektasi saya. Yang juga disayangkan video montage tentang Chrisye dari Eros Djarot yang berhalangan hadir tidak dapat ditampilkan dengan suara baik.


Sesi berikutnya adalah sesi warna warni yang menyimbolkan keceriaan hidup. Pada sesi ini penampilan dari d’Cinnamon benar-benar membuat selingan segar di tengah penampilan full orchestra sepanjang konser. Grup ini tampil membawakan lagu legendaris ‘Galih & Ratna’ dengan gaya akustik folk. Benar-benar berbeda. Tampil dengan kostum yang tak seragam, tanpa sentuhan blink-blink, membuat penampilan d’Cinnamon justru makin memikat. Penampilan Vina juga termasuk mempesona. Vina berhasil mempresentasikan lagu ‘Cinta’ yang ditulis almarhum Chrisye untuknya. Sementara itu penampilan Oddie Agam dalam ‘Anak Sekolah’ ditunjang permainan lampu yang dinamis berhasil membuat suasana menjadi lebih hidup.

Malam itu tingkah dan celotehan lucu Sarah Sechan sebagai pembawa acara sukses menghangatkan suasana di antara penonton.

Sesi ketiga adalah hitam. Di sini penampilan artis dibungkus dalam kostum berwarna hitam. Dalam sesi ini Yockie Suryoprayogo menceritakan tentang kenangannya bersama Chrisye. Dilanjutkan dengan kolaborasi antara Yockie Suryoprayogo, Armand Maulana dan Dewa Budjana mebawakan ‘Sendiri’. Penampilan yang sederhana dengan musik yang ‘rumit’ justru membuat Armand tampil memukau malam itu. Dilanjutkan dengan duet Armand dan Vina, yang sayangnya tidak terlalu indah karena Vina sempat lupa lirik akibat terbawa emosi mengenang almarhum Chrisye. Sementara Ahmad Albar tampil agak kaku dengan para penari pengiringnya membawakan ‘Anak Jalanan’. Afgan yang muncul setelah Ahmad Albar membawakan ‘Sabda Alam’ lebih menarik dibandingkan pada penampilan dalam ‘Kenang-kenangan’ pada sesi pertama. Meski untuk lagu berikutnya ‘Juwita’ yang lebih upbeat, Afgan kurang bisa mempresentasikannya dengan menarik.


Di tengah berbagai kekurangan seperti Slamet Rahardjo yang batal tampil karena sakit, serta Eros Djarot karena kesibukannya, konser ini tetaplah menarik diikuti. Meski susunan lagu dan pengisi acara membuat konser ini justru terasa anti klimaks. Mungkin akan terasa lebih gregetnya seandainya saja penampilan Vina atau Armand ditempatkan di akhir acara sebagai puncak.


courtesy of : SoundUp magazine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar