Sabtu, 14 Maret 2009

DELUXE EDITION

Awalnya sih mulai jadi kolektor sejak masih SMP kelas 1. Waktu itu kaset pertama yang saya beli adalah album kedua Whitney Houston, yang berjudul Whitney. Dan sejak saat itu mulailah perburuan saya terhadap koleksi2 album musik dari musisi dunia yang menjadi fave saya. Dari Barbra Streisand sampai Barry White. Dari Dionne Warwick sampai Celine Dion. Yah namanya selera memang tidak terbatas waktu dan genre. Meski awalnya selera saya hanya melibatkan musisi yang masuk kategori vokalis, biduan dg kekuatan teknik vokal. Tapi lama kelama2an selera saya berubah mulai meluas ke arah musisi/vokalis. Yah sejak tahu nikmatnya mendengarkan suara musisi yang bisa menciptakan lagu sendiri tanpa vokal yang powerful tapi memiliki musikalitas yang tinggi. Cakrawala musik saya mulai meluas dan berubah.

Dulu album-album yang dirilis sih, paling adanya album studio, album rekaman live, dan album the best of.

Tapi di Indonesia sejak tahun 2004 - 2007 itu marak yang namanya album repackage. Entah maxudnya mungkin untuk meningkatkan penjualan. Sayangnya saya jarang tertarik membeli album karya musisi Indonesia. Mungkin karena mudah dimengerti, sementara untuk musisi luar kan mereka menggunakan bahasa Inggris, jadi lebih sulit dimengerti bahasanya, lebih menarik untuk dipelajari karena kadang2 apa yang tertulis mereka menggunakan ungkapan2 yang memiliki makna berbeda dengan rangkaian kalimatnya. Jadi memang lebih misterius saja karya musik musisi luar ketimbang musisi Indonesia.

Nah kalau di Indonesia ada istilah repackage, album musisi luar malah ada istilah Deluxe Edition. Biasanya sih album begini ada bonus track baru, atau rekaman live performance atau bahkan video music.

Yang bikin bete adalah kadang saya sudah beli CD karya musisi tersebut, ternyata beberapa bulan kemudian labelnya merilis versi Deluxe Edition-nya. Tentu bikin keki kan? Akhirnya saya karena menggemari artisnya juga penasaran ingin memiliki membeli lagi versi Deluxe Edition-nya. Koleksi lama saya akhirnya saya lungsurkan buat teman-teman yang memang penggemar musik, tapi tidak begitu beruntung bisa sering2 membeli CD seperti saya.

Entahlah mungkin itu adalah strategi dagang dari label-label besar di dunia dalam mengantisipasi penurunan penjualan album fisik artis2 dunia yang sampai 70% sejak 2001 hingga saat ini.

Yah buat saya yang penggemar musik ini, mau sekarang ada MP3 bajakan mah nggak akan pengaruh ke saya. Bukan sombong, tapi saya memang lebih suka beli aselinya karena saya menganggap membeli album musik secara fisik itu bagaikan membeli karya seni dengan harga lumayan terjangkau dari seniman dunia.

Saya suka membaca booklet covernya yang berisi lirik, credit tittle memuat musisi yang terlibat di dalamnya, bahkan sampai acknowledgment artis tersebut kepada mereka semua yang terlibat.

Buat saya membeli musik bukan hanya enak didengarkan, tapi juga mengerti konsep bermusiknya, sampai jenis alat musik yang mereka gunakan, choir dan backing vocalnya, genre musiknya. Itu menarik buat saya. Maklumlah saya designer, sejak kuliah selalu ditanya konsepnya apa. Jadi kebiasaan mengulik konsep itu terbawa hingga sekarang. Dan memang menarik sih.

cause we are living in a material world
And I am a material girl
You know that we are living in a material world
And I am a material girl
Material Girl - Madonna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar